
Puluhan keluarga sandera Israel memberikan ultimatum kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan waktu 24 jam untuk membatalkan keputusan pemutusan pasokan listrik ke Jalur Gaza. Keputusan ini dianggap oleh mereka sebagai ancaman langsung terhadap nyawa kerabat mereka yang saat ini ditahan oleh Hamas. Melalui perwakilan hukum mereka, para keluarga ini telah mengirimkan surat mendesak kepada Netanyahu, Menteri Luar Negeri Gideon Sa’ar, dan Menteri Energi Eli Cohen untuk segera mencabut keputusan tersebut.
Dalam surat yang dikirimkan kemarin malam tersebut, mereka menekankan bahwa penghentian pasokan listrik dapat menyebabkan kondisi yang berbahaya bagi para tawanan yang ditahan di Gaza. Menurut informasi dari situs berita Ibrani, Walla, mereka menegaskan bahwa kesehatan dan kesejahteraan para tawanan terancam tanpa adanya pasokan listrik yang memadai. Hal ini juga dianggap penting untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat membahayakan nyawa orang-orang yang mereka cintai.
Keputusan pemutusan aliran listrik oleh Israel diumumkan pada hari Minggu lalu, meskipun pasokan listrik ke Gaza sudah terputus selama lebih dari 16 bulan. Langkah ini diambil di tengah ketegangan yang semakin meningkat antara Israel dan Hamas, dan dianggap oleh sebagian pihak sebagai bagian dari tindakan balasan yang tidak proporsional. Keluarga sandera bersikeras bahwa kebijakan seperti ini tidak hanya tidak manusiawi, tetapi juga berpotensi melanggar hak asasi manusia.
Keluarga-keluarga tersebut menyatakan bahwa jika permintaan mereka tidak dipenuhi, mereka akan mengajukan petisi kepada Mahkamah Agung, sebagai upaya mendesak untuk melindungi nyawa para tawanan. “Kami tidak bisa diam saja ketika nyawa mereka berada dalam bahaya. Kami meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali keputusan ini,” ungkap salah satu anggota keluarga yang turut mengorganisir aksi protes.
Sebagai respon terhadap keputusan pemerintah, ratusan orang berdemonstrasi di Yerusalem Barat dengan membawa foto kerabat mereka dan bendera Israel. Mereka menuntut agar pemerintah terus melanjutkan kesepakatan pertukaran tahanan dan sandera, serta mengakhiri konflik yang berkepanjangan. Demonstrasi ini mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap cara pemerintah menangani situasi di Gaza dan dampaknya terhadap para sandera.
Para demonstran juga menyerukan agar pemerintah melakukan upaya lebih dalam menyelesaikan krisis yang sedang berkecamuk dan mendorong agar proses diplomasi untuk mengakhiri perang segera dilanjutkan. Ketegangan yang terus meningkat antara kedua belah pihak memperburuk situasi, dan banyak yang berharap agar solusi damai dapat ditemukan agar situasi ini tidak semakin parah.
Dalam konteks yang lebih luas, keputusan pemutusan pasokan listrik juga berkaitan dengan kebijakan Israel terhadap Gaza, yang sering menghadapi kritik internasional terkait perlakuan terhadap penduduk sipil. Banyak yang berpendapat bahwa tindakan tersebut tidak hanya menghancurkan infrastruktur dasar tetapi juga menjadikan hidup warga sipil di Gaza semakin sulit dan memicu lebih banyak ketegangan.
Keluarga sandera berharap agar dengan tindakan mereka, pemerintah memahami betapa seriusnya isu ini dan mengambil langkah yang lebih manusiawi dalam menangani para tawanan. “Kami hanya ingin agar relasi keluarga kami diperlakukan dengan baik dan diberikan hak mereka sebagai manusia,” kata salah satu anggota keluarga sandera lainnya.
Tindakan pemutusan listrik ke Gaza dan dampaknya terhadap tawanan menjadi salah satu isu utama dalam diskusi publik di Israel saat ini, dengan banyak yang menuntut agar pemerintah mulai mencari solusi yang lebih berkelanjutan dan memperhatikan kehidupan semua orang yang terlibat dalam konflik ini.