Kemenag Libatkan 365 Kaligrafer, Cetak 2 Rekor MURI Mushaf Nusantara

Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia baru saja mencatatkan dua rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam acara Penulisan Mushaf Nusantara yang berlangsung dengan meriah di Jakarta. Acara ini melibatkan 365 kaligrafer dari seluruh Indonesia, yaitu para juara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Keberhasilan ini menciptakan catatan baru sebagai Penulisan Mushaf Al Quran serentak oleh kaligrafer terbanyak, serta mencetak Mushaf Al-Qur’an dengan Corak Iluminasi Nusantara terbanyak, dengan total mencapai 106 corak.

Rekor ini diserahkan secara simbolis oleh Manager Senior MURI, Priyono, kepada Menteri Agama, Nasaruddin Umar, dan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam), Abu Rokhmad. Turut hadir dalam momen bersejarah ini, Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamaruddin Amin, Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, serta Direktur Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (Lemka), Didin Sirojudin.

Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin Umar menyatakan bahwa mushaf Al-Qur’an bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga mengandung nilai sakral yang dalam. Ia mengaitkan kaligrafi dengan sumpah pertama dalam Al-Qur’an, yaitu “Nun, wal Qalami wa ma Yasturun”. Menurutnya, goresan kaligrafi yang dihasilkan dalam acara ini akan memberikan berkah, terutama di bulan suci Ramadan.

“Kaligrafi bersumber dari sebuah titik. Segala sesuatu bermula dari titik dan akan kembali kepada titik. Ini mengandung makna bahwa ilmu dan hikmah tersembunyi dalam satu titik kecil yang bisa membuka pemahaman luas tentang Islam,” ungkap Nasaruddin.

Penulisan Mushaf Nusantara juga menjadi bagian dari peringatan 40 tahun Lemka, lembaga yang telah mencetak banyak maestro kaligrafi di Indonesia dan dunia. Selain merayakan perjalanan seni kaligrafi, kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan para juara MTQ dalam meningkatkan literasi baca tulis Al-Qur’an di Indonesia.

Proses penulisan mushaf dilaksanakan secara serentak di 30 provinsi dalam waktu sepuluh jam. Di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag RI, Jakarta, sekitar 35 kaligrafer dari Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat berpartisipasi. Para kaligrafer ini menulis pada lembaran berornamen, mengikuti standar Mushaf Kemenag yang berpedoman pada rasm Utsmani. Setiap peserta menulis pada dua halaman, sementara sebagian menulis satu halaman, dengan setiap halaman terdiri atas 15 baris teks.

Ayat suci ditulis menggunakan Khat Naskhi, yang dirancang agar sederhana, jelas, dan mudah dibaca. Judul serta keterangan surah ditulis dengan khat khusus yang juga berfungsi sebagai elemen dekoratif dalam mushaf.

Sebagai momentum besar bagi seni Islam, Dirjen Bimas Islam, Abu Rokhmad menjelaskan bahwa kegiatan ini merefleksikan semangat keislaman, kebersamaan, dan keindahan seni dalam Islam. Kaligrafi berperan penting dalam dakwah, dan sejak awal penyebaran Islam di Nusantara, seni kaligrafi telah menjadi media yang memperindah dan menginternalisasi pesan-pesan Al-Qur’an.

“Mushaf Nusantara menunjukkan bahwa seni Islam bisa berkembang dengan menyesuaikan pada nilai-nilai lokal tanpa kehilangan esensinya,” tambah Abu. Dia menekankan bahwa tidak hanya teknik penulisannya yang cepat dan kolaboratif, tetapi juga iluminasi pada setiap halaman yang menyampaikan pesan persatuan dalam keberagaman.

Mushaf Nusantara menampilkan 106 corak iluminasi yang mencerminkan keberagaman budaya dari 38 provinsi di Indonesia. Iluminasi ini bukan sekadar ornamen, tetapi juga simbol estetika Islam yang mengalir dalam sejarah peradaban Nusantara. Abu berharap mushaf ini dapat menjadi referensi bagi seluruh dunia Islam dan menunjukkan identitas Indonesia yang mampu memadukan Islam dengan budaya lokal.

Dengan langkah ini, Kemenag berharap dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih mencintai Al-Qur’an, baik dalam pemahaman, praktik, maupun pelestarian seni kaligrafi Islam. Upaya ini diharapkan dapat memperkuat identitas Islam Indonesia yang inklusif dan moderat, serta berakar pada tradisi luhur bangsa.

Berita Terkait

Back to top button