Dunia

Kenali Pete Hegseth: Menteri Pertahanan AS Era Trump yang Baru

Pete Hegseth secara resmi dikonfirmasi sebagai Menteri Pertahanan Amerika Serikat pada Jumat, 24 Januari 2025, setelah melalui pemungutan suara yang sangat ketat di Senat. Dengan perolehan 51 suara setuju dan 50 suara menolak, Hegseth berhasil mendapatkan posisi tersebut berkat suara penentu dari Wakil Presiden JD Vance. Pengangkatannya bersifat kontroversial dan menuai beragam reaksi, mulai dari dukungan kuat hingga kritik tajam dari berbagai kalangan.

Pete Hegseth lahir pada 6 Juni 1980 di Forest Lake, Minnesota. Sebelum menjabat sebagai Menteri Pertahanan, ia dikenal sebagai komentator politik di Fox News dan seorang veteran Angkatan Darat yang pernah bertugas di Irak dan Afghanistan. Selain itu, Hegseth pernah menjabat sebagai CEO Concerned Veterans for America, sebuah organisasi yang memiliki pandangan konservatif kuat. Selama karirnya di dunia media, ia secara terbuka mengkritik kebijakan keberagaman dan inklusi di militer, serta vokal menentang perempuan yang bertugas di peran tempur. Ia mengklaim bahwa pandangannya mengenai perempuan di medan tempur berdasarkan kekhawatiran terhadap standar militer, bukan karena ketidakmampuan mereka.

Proses konfirmasi Hegseth dipenuhi dengan berbagai kontroversi. Beberapa senator, baik dari Partai Demokrat maupun Partai Republik, mengungkapkan skeptisisme mereka terhadap rekam jejaknya, terutama terkait tuduhan pelanggaran seksual yang terjadi pada tahun 2017 dan diselesaikan melalui pembayaran sebesar $50.000. Dalam sidang konfirmasi, Hegseth mengakui bahwa ia bukan orang yang sempurna, tetapi percaya pada penebusan. Penolakan datang dari Senator Lisa Murkowski yang menekankan bahwa perilakunya bertentangan dengan nilai-nilai yang seharusnya dijunjung oleh seorang pemimpin militer. Selain itu, kemampuannya untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang ASEAN juga menuai kritik dari Senator Tammy Duckworth, yang menyerukan Hegseth untuk memperdalam pengetahuannya sebelum terlibat dalam negosiasi internasional.

Dalam hal kebijakan, Hegseth dikenal sebagai pendukung kuat kebijakan luar negeri pro-Israel. Ia memuji langkah-langkah pemerintahan Trump yang memperkuat hubungan dengan Israel, termasuk pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota. Ia menegaskan bahwa Israel adalah sekutu terpenting bagi Amerika Serikat di Timur Tengah. Terkait agresi Rusia terhadap Ukraina, Hegseth menunjukkan pandangan pragmatis dengan menekankan pentingnya fokus pada keamanan nasional AS, bukan hanya keterlibatan militer di Eropa.

Hegseth juga dikenal memiliki pandangan kontroversial terkait Islam, sering diasosiasikan dengan retorika Islamofobia. Dalam bukunya, ia menyampaikan bahwa Islam bukanlah agama yang membawa perdamaian, melainkan sebuah ideologi politik yang menggunakan agama untuk tujuan tertentu. Sebagai seorang nasionalis Kristen, Hegseth percaya bahwa nilai-nilai Kristen harus menjadi dasar kebijakan nasional Amerika Serikat.

Sikap skeptis Hegseth terhadap NATO terlihat dalam kritiknya terhadap ketergantungan negara-negara Eropa terhadap kontribusi militer AS. Ia menginginkan reformasi dalam organisasi tersebut, serta mendukung kebijakan Trump yang mendorong negara-negara anggota NATO untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka.

Meski diwarnai dengan banyak kontroversi, Hegseth mendapat dukungan penuh dari Presiden Donald Trump, yang percaya bahwa ia adalah sosok yang tepat untuk memimpin Departemen Pertahanan. Dalam menghadapi tantangan yang ada, termasuk kehidupan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik dan hubungan strategis dengan NATO, Hegseth diharapkan dapat memanfaatkan latar belakang militernya untuk memperkuat pertahanan Amerika Serikat. Meskipun demikian, skeptisisme publik terhadap rekam jejaknya akan terus menjadi perhatian dalam kepemimpinannya di masa mendatang.

Guntur Wibowo

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button