Sains

Kenapa Jakarta Bukan Jawa? Sering Jadi Perdebatan di Medsos!

Sering kali, perdebatan di media sosial mengangkat isu-isu yang tampaknya sepele, namun memiliki latar belakang budaya dan sejarah yang dalam. Salah satunya adalah "Kenapa Jakarta bukan Jawa?" Pertanyaan ini sering muncul, terutama saat musim mudik, ketika banyak orang berinteraksi dan mengaitkan identitas asal dengan wilayah. Dalam obrolan santai, frasa seperti "Kamu dari Jawa ya?" sering kali diikuti oleh jawaban yang mencengangkan, di mana Jakarta yang terletak di pulau Jawa sering kali tidak dianggap sebagai bagian dari Jawa.

Menurut pengamatan netizen di media sosial, argumen bahwa Jakarta bukanlah bagian dari Jawa berakar dari pengaturan wilayah historis. Akun Twitter @prophetofzorck mengungkapkan bahwa perbatasan yang jelas antara Jawa dan Sunda ditetapkan sejak zaman dahulu. Memang, catatan Bujangga Manik menunjukkan bahwa Sungai Cipamali menjadi pemisah antara kedua wilayah ini. Di sisi lain, dokumen bersejarah Summa Oriental menetapkan bahwa pelabuhan Cimanuk adalah batas yang memisahkan Jawa dan Sunda.

Meskipun Jakarta terletak di pulau Jawa, ada beberapa poin yang membuat banyak orang berpendapat bahwa Jakarta harusnya tidak diidentifikasikan sebagai bagian dari Jawa Tengah atau Jawa Timur. Berikut adalah beberapa alasan yang sering diungkapkan dalam perdebatan ini:

  1. Keterkaitan dengan Pasundan: Jakarta lebih memiliki hubungan sejarah dan budaya dengan daerah Pasundan. Ini memperkuat argumen bahwa identitas Jakarta terpisah dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

  2. Sejarah Pemisahan Wilayah: Sejak lama, pemisahan kawasan antara Jawa dan Sunda didukung oleh batas-batas geografis, yang terus berlanjut hingga saat ini. Hal ini membuat Jakarta lebih relevan dihubungkan dengan Banten dan bagian dari Jawa Barat.

  3. Asosiasi dalam Budaya: Dalam praktik sehari-hari, masyarakat sering kali mengaitkan ‘Jawa’ dengan karakteristik budaya dan adat dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Jakarta, dengan keragaman dan modernitasnya, sering kali dianggap berbeda.

  4. Persepsi Media Sosial: Media sosial sering kali memperkuat pandangan tertentu dan menciptakan narasi yang berbeda. Misalnya, beberapa pengguna media sosial mengekspresikan ketidakpuasan mereka ketika suatu promo hanya disebut berlaku untuk "Jawa," yang secara faktual juga mencakup Jakarta.

Perdebatan ini tidak hanya terbatas pada identitas geografis, tetapi juga melibatkan aspek budaya yang lebih dalam. Ada pandangan bahwa Jakarta seharusnya lebih diakui sebagai bagian dari daerah yang lebih luas, di luar sekadar label ‘Jawa.’ Dikutip dari netizen, satu komentar mencerminkan frustasi: "Pantes Jakarta mau tenggelam, emang mau jadi Atlantis mereka. Ngaku-ngaku misah dari Jawa mulu sih." Pendapat-pendapat seperti ini menunjukkan bahwa isu ini menjadi refleksi kompleks dari identitas daerah dalam kehidupan masyarakat.

Meskipun banyak perdebatan, sayangnya, belum ada penelitian resmi yang menyimpulkan isu ini secara definitif. Inisiatif untuk melakukan riset lebih lanjut tentang latar belakang historis dan budaya Jakarta yang membedakannya dari wilayah lain di Jawa mungkin akan menarik untuk diteliti di masa depan. Diskursus ini menunjukkan bahwa identitas wilayah tidak selalu dapat ditentukan oleh lokasi geografis semata, tetapi juga oleh konteks budaya serta interaksi sosial yang terbentuk di dalamnya. Dengan demikian, diskusi mengenai "Kenapa Jakarta bukan Jawa?" akan terus menjadi topik hangat dalam perbincangan di masyarakat.

Maya Putri

Maya Putri adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button