Dunia

Kereta Api China Kosong: Libur Tahun Baru Terpukul Krisis Ekonomi

Tahun Baru Imlek di Tiongkok tahun ini seakan kehilangan pesonanya. Kereta-kereta yang biasanya dipenuhi penumpang kini tampak sepi, dengan banyak gerbong kosong akibat penurunan buruknya perjalanan liburan di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan. Sejak pandemi COVID-19, ekonomi Tiongkok mengalami kemunduran yang signifikan, menyebabkan banyak masyarakat kehilangan pekerjaan atau menerima gaji yang terpangkas. Situasi ini mendorong orang-orang untuk berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk pulang kampung merayakan festival yang dulunya ramai ini.

Berdasarkan informasi dari Financial Post, seorang penumpang yang menggunakan kereta kelas satu mendapati gerbongnya hampir kosong saat perjalanan menuju kampung halaman selama musim libur. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika kereta penuh sesak dengan pelancong yang pulang, tahun ini situasinya sangat berbeda. Meskipun proses pembelian tiket Kereta Cepat secara daring menjadi tantangan, banyak yang terkejut begitu mereka berada di dalam kereta, menyaksikan kondisi gerbong yang sepi.

Penurunan jumlah penumpang ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang semakin memburuk. Di tengah PHK massal dan pengangguran yang merajalela, masyarakat Tiongkok merasa berat untuk merayakan Tahun Baru Imlek. Diskusi di antara mereka didominasi oleh ketidakpastian pekerjaan dan stress finansial. Sejumlah pekerja berusia di atas 35 tahun melaporkan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan baru, membuat mereka enggan untuk pulang dan menghadapi perhatian orang tua mereka akan keadaan mereka.

Sebagai respons terhadap harga tiket Kereta Cepat yang melambung tiga hingga empat kali lipat dibandingkan kereta biasa, banyak orang beralih menggunakan kereta “warna hijau” yang lebih terjangkau namun memakan waktu lebih lama. Beragam video di media sosial menunjukkan kereta-kereta ini dipenuhi penumpang, dengan kursi yang terisi penuh dan lorong yang sempit oleh orang yang berdesakan. Di sisi lain, tak jauh dari situ, kereta cepat bersih dan rapi namun dengan penumpang yang sedikit, menggambarkan kontras yang mencolok di antara keduanya.

Statistik menunjukkan bahwa kaum muda di Tiongkok bisa menghabiskan antara 5.000 hingga 10.000 Yuan (sekitar $800 hingga $1.600) hanya untuk pulang kampung. Pengeluaran yang besar tersebut terpaksa dipikirkan ulang oleh banyak orang, yang lebih memilih untuk tetap di kota tanpa merayakan hari raya yang seharusnya penuh keceriaan. Keengganan untuk mengeluarkan uang untuk perjalanan ini berujung pada keputusan untuk beristirahat dan kembali bekerja, meskipun dalam keadaan kelelahan mental dan finansial.

Dari segi ekonomi, Biro Statistik Nasional Tiongkok melaporkan bahwa PDB negara tersebut tumbuh sebesar 5% pada tahun 2024. Meskipun demikian, banyak warga meragukan angka ini, merasa bahwa mereka mengalami kerugian pendapatan yang lebih besar dari yang dilaporkan secara resmi. Di media sosial, sentimen skeptis terlihat jelas, di mana warganet mempertanyakan hasil statistik yang tidak sesuai dengan pengalaman hidup mereka sehari-hari.

Sementara itu, lebih dari 900 perusahaan terdaftar di Tiongkok memperkirakan kerugian dalam kinerja mereka pada tahun 2024, dengan hanya 22% yang optimis terhadap pertumbuhan. Situasi ini menunjukkan dampak serius dari kebijakan pemerintah dan semakin meningkatnya ketidakpastian di pasar kerja, di mana banyak orang tetap bertahan di pekerjaan mereka meskipun tanpa gaji selama berbulan-bulan, berharap akan adanya perubahan di masa depan.

Dalam menghadapi kondisi ini, Tahun Baru Imlek yang biasanya menjadi momen perayaan kini justru menjadi simbol kesedihan dan tantangan. Dengan meningkatnya angka pengangguran dan kesulitan finansial, masyarakat Tiongkok harus berhadapan dengan kenyataan baru yang tidak lagi diwarnai oleh kebahagiaan festival yang mereka harapkan. Keterpurukan ekonomi telah merusak tradisi pulang kampung, menjadikan perjalanan yang seharusnya penuh sukacita berubah menjadi beban psikologis dan finansial bagi banyak orang.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button