Dunia

Kesaksian Mengerikan Sandera Hamas: Pelecehan dan Penyiksaan

Gencatan senjata yang dimulai pada Januari 2025 telah memberikan harapan di tengah konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas. Di balik pelonggaran ini, kisah-kisah penuh duka dari para sandera yang dibebaskan mengungkapkan pengalaman traumatis selama masa penahanan oleh kelompok militan tersebut. Banyak di antara mereka berbagi kesaksian mengerikan mengenai pelecehan seksual, penyiksaan, dan kelaparan yang mereka alami.

Chen Goldstein-Almog, 48 tahun, dan putrinya Agam, 17 tahun, menghabiskan 51 hari dalam ketakutan setelah disandera oleh Hamas. Serangan pada 7 Oktober 2023 menewaskan suami Chen, Nadav, dan putri tertua mereka, Yam, di depan mata mereka sebelum mereka diculik. Mengingat kembali momen mencekam itu, Chen menggambarkan ketakutan yang melampaui kata-kata, sementara Agam mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kemungkinan pelecehan seksual ketika mendengar ancaman dari para penjaga.

Kondisi penahanan yang dialami oleh kedua perempuan ini sangat menyedihkan. Mereka dipindahkan dari terowongan bawah tanah ke apartemen tanpa adanya perlakuan layak. Chen berkomentar mengenai manipulasi psikologis yang dialami, di mana penjaga mereka terkadang menciptakan ilusi kepedulian, sementara pada kenyataannya, mereka sangat berharga bagi kelompok tersebut sebagai alat tawar.

Selama masa penahanan, para sandera perempuan lainnya juga mengalami perlakuan tidak manusiawi. Dalam sebuah wawancara, Chen menceritakan kisah seorang perempuan berusia 19 tahun yang mengalami penyiksaan fisik dan emosional. “Mereka dilukai, dilecehkan, beberapa bahkan mengalami cedera fisik yang parah,” ujar Chen. Agam juga mengisahkan bagaimana salah satu penjaga melakukan pelecehan di bawah ancaman senjata, yang menggugah empati dan rasa ketidakberdayaan para sandera.

Di sisi lain, kondisi para sandera pria tidak kalah menyedihkan. Mereka menghadapi pemukulan dan siksaan mental yang terus-menerus. Namun, dalam kesulitan itu, mereka tetap berusaha saling mendukung satu sama lain. Chen menegaskan bagaimana mereka saling memberikan semangat di tengah situasi mengerikan yang mereka hadapi.

Pada 25 Januari 2025, empat perempuan tentara Israel – Karina Ariev, Daniella Gilboa, Naama Levy, dan Liri Albag – dibebaskan setelah 477 hari ditahan. Mereka diculik saat serangan ke pangkalan militer dan telah mengalami trauma yang mendalam. Meskipun pada saat pembebasan mereka terlihat tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Hamas, ketika kembali ke Israel mereka menceritakan keadaan mengerikan yang mereka alami, termasuk kekurangan makanan dan kurangnya akses medis.

Mereka terpaksa melakukan pekerjaan rumah tangga untuk para penjaga dan terpaksa hidup dalam kondisi tidak layak. Liri Albag mencoba untuk menjadi pemimpin kelompok selama masa penahanan dan memberi dukungan moral kepada rekan-rekannya, sementara Naama Levy berusaha menjaga kesehatan mental dan fisiknya.

Yocheved Lifshitz, sandera berusia 85 tahun, menggambarkan bagaimana dirinya dan sandera lainnya terpaksa tinggal dalam terowongan tanpa ventilasi dan hanya diberi makanan seadanya. Hersh Goldberg-Polin, seorang warga muda yang berstatus sandera, kehilangan satu tangannya akibat serangan sebelum ditahan. Ada juga cerita tragis mengenai Eitan Yahalomi, seorang anak berusia 12 tahun, yang diperlakukan sangat kejam selama penahanan.

Kesaksian-kesaksian ini membuka mata dunia tentang kompleksitas dan kekejaman yang terjadi dalam konflik Israel-Hamas. Mereka yang dibebaskan kembali ke masyarakat dengan membawa luka fisik dan mental yang mendalam. Meskipun gencatan senjata memberikan harapan, kisah-kisah yang terungkap menunjukkan tantangan besar dalam mengatasi dampak jangka panjang dari kekerasan dan trauma. “Kami tidak akan pernah memaafkan, dan kami tidak akan pernah melupakan,” ungkap Agam, menegaskan rasa sakit yang mereka bawa pulang dari masa penahanan yang kelam.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button