Anggota dewan di perusahaan induk TikTok, ByteDance, menyampaikan bahwa kesepakatan untuk memastikan keberlangsungan aplikasi tersebut di Amerika Serikat akan segera terwujud. Bill Ford, CEO General Atlantic yang juga merupakan anggota dewan ByteDance, mengungkapkan optimisme ini dalam sebuah acara yang disponsori oleh Axios di Davos, Swiss. Menurut Ford, “kepentingan semua pihak” harus dipertimbangkan dalam upaya menjaga TikTok tetap aktif dan beroperasi di AS.
Ford menjelaskan bahwa akan ada kemajuan dalam negosiasi untuk kesepakatan ini dalam waktu dekat, mungkin pada akhir minggu ini. Ia menekankan bahwa dialog perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah Tiongkok, pemerintah AS, perusahaan, dan dewan direksi TikTok. “Kami akan melanjutkannya… ada solusi tanpa divestasi,” kata Ford, mengacu pada potensi untuk mencapai kesepakatan tanpa menjual sebagian besar saham TikTok kepada pihak lain.
Keberadaan TikTok di AS telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pemerintahan sebelumnya mengusulkan larangan penggunaan aplikasi tersebut di wilayah Amerika. Penggunaan TikTok sering dituduh sebagai risiko keamanan nasional, dengan kekhawatiran bahwa data pengguna Amerika bisa jatuh ke tangan pemerintah Tiongkok. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan tindakan tegas terhadap aplikasi yang populer di kalangan generasi muda ini.
Sejarah larangan TikTok di AS dimulai ketika mantan Presiden Donald Trump menandatangani tindakan eksekutif yang menunda penegakan larangan selama 75 hari. Tindakan tersebut mengarahkan Departemen Kehakiman AS untuk tidak menerapkan Undang-Undang Aplikasi yang Dikendalikan oleh Musuh Asing, yang disahkan dengan dukungan bipartisan di Kongres. Pada 19 Januari, undang-undang tersebut mengharuskan TikTok untuk diblokir kecuali jika dijual kepada pembeli dari Amerika atau sekutunya.
Sejumlah figur publik, termasuk Trump, telah mengemukakan bahwa kemungkinan penjualan TikTok bisa menjadi peluang besar bagi investor, termasuk miliarder dan eksekutif teknologi. Salah satu kelompok investor dipimpin oleh miliarder Frank McCourt dan YouTuber Jimmy Donaldson, lebih dikenal sebagai MrBeast, yang telah mengajukan tawaran untuk TikTok tanpa mengungkapkan nilai tawarannya. Namun, hingga saat ini, nasib TikTok di Amerika tetap tidak pasti.
Ford dalam pernyataannya menekankan bahwa mencari solusinya dengan mempertimbangkan kepentingan seluruh pemangku kepentingan adalah hal yang krusial. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara kedua pemerintah untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan dan sejalan dengan kepentingan nasional masing-masing negara. Diskusi mengenai masa depan TikTok di AS juga mengindikasikan bahwa ketidakpastian masih membayangi langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan untuk menjaga akses pengguna di negara tersebut.
Sebagai tambahan, dalam konteks yang lebih luas, TikTok bukan hanya menjadi platform sosial media, tetapi juga menjadi alat pemasaran yang penting bagi banyak merek dan individu. Dengan lebih dari 1 miliar pengguna di seluruh dunia, aspek komersil dan komunikasi di dalam platform ini sangat penting untuk dipertimbangkan saat merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan keberadaannya.
Kepentingan terhadap TikTok juga melibatkan dinamika kekuatan antara Washington dan Beijing. Mengingat pengaruh besar teknologi dalam kehidupan sehari-hari, hasil dari negosiasi ini bisa memiliki dampak yang signifikan tidak hanya untuk TikTok, tetapi juga untuk hubungan diplomatik dan ekonomi antara kedua negara. Seiring dengan berlanjutnya negosiasi, semua mata kini tertuju pada kesepakatan yang akan membela keberlangsungan TikTok di tengah tantangan yang terus muncul.