Ketahui Mengapa Gempa Myanmar Begitu Mematikan dan Merusak!

Gempa bumi berkekuatan M 7,7 yang terjadi di Myanmar dan Thailand pada Jumat, 28 Maret 2025, telah menimbulkan kerusakan yang sangat parah dan menyebabkan ribuan korban jiwa. Survei Geologi AS (USGS) melaporkan bahwa episentrum gempa terletak dekat dengan Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar. Kekuatan destruktif gempa ini ditandai oleh kehadiran patahan tektonik besar yang membentang di tengah negara itu.

Sesar Sagaing, zona gempa yang sangat aktif, menjadi latar belakang utama bagi bencana ini. Myanmar terletak tepat di atas sesar tersebut, di mana dua lempeng tektonik, yaitu India dan Sunda, berinteraksi dengan kecepatan 49 mm per tahun. Ketika lempeng-lempeng ini saling bergeser, energi yang terakumulasi dapat memicu gempa bumi berbahaya seperti yang terjadi baru-baru ini. Tidak hanya itu, gempa ini diikuti oleh gempa susulan berkekuatan M 6,4 yang mengguncang daerah tersebut hanya 12 menit setelah gempa awal, menjadikannya semakin berbahaya bagi penduduk.

Menurut Profesor Bill McGuire dari University College London, Myanmar merupakan salah satu negara dengan aktivitas seismik paling tinggi di dunia. “Gempa ini terjadi di Sesar Sagaing utama, yang berdampak pada sejumlah pusat populasi besar,” katanya. Karakteristik gempa “slip-strike” yang terjadi di sini, di mana lempeng-lempeng tektonik saling melewati, menjadi salah satu penyebab utama dari kerusakan yang luar biasa akibat gempa ini. Sebagaimana diketahui, getaran yang terjadi pada kedalaman dangkal meningkatkan potensi kerusakan di area permukaan, dan gempa ini terjadi pada kedalaman hanya 10 km.

Menghadapi fakta bahwa Myanmar memiliki potensi bencana lebih lanjut, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa gempa bumi yang lebih besar mungkin terjadi. Hal ini disebabkan oleh pergeseran tekanan yang tercipta di seluruh kerak bumi setelah gempa awal. Gempa susulan sering kali mengikuti guncangan besar, dan ini berarti lebih banyak ancaman bagi struktur yang sudah lemah akibat gempa awal. Kebangkitan energi ini dapat mengakibatkan lebih dari seribu gempa susulan dengan berbagai kekuatan, dan meskipun sering kali lebih kecil, gempa susulan dapat memperparah situasi yang sedang berlangsung.

Salah satu faktor utama yang menjadikan dampak gempa bumi di Myanmar begitu mematikan adalah infrastruktur yang minim terhadap guncangan. Akibat perang saudara yang berkepanjangan, kesiapan infrastruktur untuk menghadapi bencana alam semacam ini pun sangat kurang. Laju pembangunan yang cepat tanpa perencanaan yang matang menambah kerentanan daerah perkotaan, termasuk Mandalay yang berada dekat dengan episentrum. Akibatnya, banyak bangunan yang runtuh, termasuk bekas istana dan gedung-gedung lama yang bersejarah. Di Naypyidaw, ibu kota, rumah sakit melaporkan keadaan darurat dengan korban yang diprediksi akan meningkat seiring evakuasi dilakukan.

Gempa ini juga berdampak ke Thailand, di mana satu gedung pencakar langit yang sedang dibangun runtuh, menyebabkan puluhan orang terjebak di dalamnya. Situasi yang kacau ini menyulitkan berbagai upaya di lapangan dan menjadikan tanggap darurat masih menjadi tantangan besar.

Laporan menunjukkan bahwa gempa bumi seperti yang terjadi di Myanmar juga mencerminkan situasi geologis yang kompleks di kawasan tersebut, di mana struktur patahan dapatan sering kali menghasilkan bencana berulang. Gempa bumi pertama mungkin menjadi awal dari masalah yang lebih besar dalam waktu dekat, dan penelitian menyimpulkan bahwa daerah-daerah padat penduduk, termasuk Mandalay, harus waspada dan mempersiapkan infrastruktur yang lebih baik demi keselamatan warganya. Penegasan bahwa lebih banyak penelitian dan peringatan dini terkait potensi bencana perlu dilakukan untuk menghindari tragedi serupa terulang di masa mendatang bukanlah sekadar harapan, melainkan suatu kebutuhan mendesak.

Berita Terkait

Back to top button