Keunikan Ramadhan di Negeri Maroko: Tradisi Menarik yang Harus Diketahui!

Bulan Ramadhan merupakan waktu yang spesial bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Maroko, negara di Afrika Utara yang dikenal dengan tradisi dan budayanya yang kaya. Keberadaan Maroko dengan nuansa Islam yang kental menciptakan suasana unik saat Ramadhan. Selama bulan suci ini, masyarakat Maroko menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan baik bagi penduduk lokal maupun wisatawan.

Pada siang hari, jalanan di berbagai kota seperti Casablanca dan Marrakesh tampak lebih tenang. Hal ini menciptakan atmosfer khusyuk bagi umat Muslim yang menjalankan puasa. Namun, suasana berubah drastis ketika matahari terbenam; keramaian kembali muncul saat warga berbondong-bondong menuju masjid untuk melaksanakan ibadah salat Tarawih. Masjid-masjid besar seperti Masjid Hassan II dan Masjid Koutoubia dipenuhi ribuan jamaah yang menikmati momen ibadah malam.

Di samping nuansa religius, bulan Ramadhan di Maroko juga ditandai oleh aroma khas yang menyelimuti udara. Setiap sudut kota dipenuhi dengan harumnya makanan yang disiapkan untuk berbuka puasa. Pasar tradisional atau souk menjadi tempat yang ramai dengan jajanan khas Ramadhan yang hanya muncul selama bulan suci. Masyarakat tidak hanya menikmati berbuka puasa, tetapi juga terlibat dalam aktivitas sosial yang menghangatkan tali persaudaraan.

Berikut adalah beberapa keunikan tradisi berpuasa di Maroko:

  1. Hidangan Berbuka yang Ikonik: Menu berbuka puasa di Maroko biasanya diawali dengan sup harira, yang terbuat dari tomat dan beragam rempah dengan isian lentil serta daging. Hidangan ini menjadi simbol berbuka di meja makan, disajikan bersama roti batbout, kue chebakia yang manis, dan makanan gurih seperti msmen serta briouat.

  2. Tradisi Nafakh: Di beberapa daerah Maroko, tradisi Nafakh masih bertahan. Seorang pria berpakaian tradisional dengan serban bertugas membangunkan masyarakat untuk sahur dengan meniup terompet khas. Tradisi ini telah ada selama berabad-abad dan membawa nuansa nostalgia bagi warga setempat.

  3. Dentuman Meriam Saat Berbuka: Di sejumlah kota, dentuman meriam menjadi penanda waktu berbuka puasa. Suara meriam ini merupakan tradisi lama yang terus dijaga, menambah suasana khas Ramadhan yang lebih mendalam dan berwarna.

  4. Ngopi dan Nongkrong Setelah Tarawih: Setelah melaksanakan salat Tarawih, masyarakat Maroko cenderung melanjutkan malam dengan berkumpul di kafe. Minuman khas seperti atay b’nana (teh mint) menjadi favorit mereka, sebagai sarana bersosialisasi dan berbincang-bincang hingga larut malam.

Ramadhan bukan sekadar ibadah bagi masyarakat Maroko, tetapi juga merupakan perayaan budaya yang mendalam. Aktivitas berbuka puasa, salat Tarawih, serta trafik sosial di kafe-kafe menjadikan bulan ini tidak hanya spiritual tetapi juga penuh dengan interaksi sosial yang hangat. Persatuan dan kebersamaan sangat terasa, dengan semua warga, baik tua maupun muda, terlibat dalam kebiasaan ini.

Bagi para pengunjung, pengalaman merasakan Ramadhan di Maroko adalah sebuah perjalanan yang bukan hanya membawa nilai religius tetapi juga kekayaan budaya. Setiap detik dari bulan suci ini dipenuhi dengan makna dan keindahan, menjadikannya waktu yang berharga bagi setiap orang yang terlibat dalam tradisi ini.

Dengan suasana yang hangat dan begitu akrab, Ramadhan di Maroko menjadi sebuah momen yang memupuk nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan, menciptakan pengalaman berkesan yang tak terlupakan bagi siapa pun yang merayakannya.

Berita Terkait

Back to top button