
Sepuluh hari terakhir Ramadan adalah momen istimewa yang ditunggu oleh umat Islam, di mana berbagai amalan ibadah dilipatgandakan. Salah satu ibadah yang dianjurkan sangat dianjurkan pada waktu ini adalah iktikaf, yaitu berdiam diri di masjid untuk meningkatkan intensitas ibadah dan mempererat hubungan dengan Allah Swt. Pelaksanaan iktikaf diyakini membawa berbagai keutamaan serta hikmah yang mendalam bagi setiap muslim.
Menurut Syekh Imam An-Nawawi dalam kitab “Al-Adzkar An-Nawawi”, terdapat empat keutamaan besar yang bisa diperoleh dari iktikaf. Pertama, iktikaf dapat menjauhkan seseorang dari siksaan api neraka. Rasulullah SAW menyatakan bahwa orang yang beriktikaf dengan niat ingin meraih keridhaan Allah akan dijauhkan from api neraka sejauh tiga parit yang masing-masing memiliki jarak setara dengan timur dan barat. Ini menunjukkan bahwa iktikaf bukan sekadar tambahan ibadah, tetapi merupakan perlindungan bagi hamba-Nya yang sungguh-sungguh beribadah.
Kedua, iktikaf juga meningkatkan kedekatan individu dengan Allah Swt. Selama beriktikaf, seorang muslim dianjurkan untuk fokus pada ibadah seperti salat sunah, berzikir, dan tadarus Al-Qur’an. Tanpa gangguan aktivitas di luar, kesempatan untuk mencapai ketenangan batin dan memahami makna ibadah semakin besar.
Keutamaan ketiga adalah mendapatkan doa dari para malaikat. Para malaikat yang selalu taat kepada Allah akan memohonkan ampunan bagi mereka yang melakukan iktikaf. Dengan cara ini, individu tidak hanya menerima pahala dari amalannya sendiri, tetapi juga keberkahan atas doa malaikat yang meminta ampunan untuknya.
Keempat adalah kesempatan besar untuk meraih malam Lailatulqadar. Malam tersebut, yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dipenuhi dengan keberkahan, termasuk pengampunan dosa. Melalui iktikaf, seseorang memiliki peluang lebih besar untuk menemukan malam istimewa ini, karena lebih banyak waktu dihabiskan untuk beribadah di masjid.
Untuk melaksanakan iktikaf dengan maksimal, terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Pertama, membaca niat iktikaf. Sebelum mulai, seseorang harus menyatakan niat dengan sungguh-sungguh. Bacaan niat tersebut dapat diucapkan dalam hati atau dilafalkan. Contohnya, “Nawaitul i’tikāfa fī hādzal masjidi lillāhi ta‘ālā” yang berarti “Saya berniat iktikaf di masjid ini karena Allah Swt.”
Kedua, pengunjung masjid harus berdiam diri di dalam masjid dan memaksimalkan ibadah. Selama iktikaf, sangat dianjurkan untuk tetap berada di masjid dan tidak keluar kecuali untuk keperluan mendesak. Aktivitas seperti membaca Al-Qur’an, memperbanyak zikir, menjalankan salat sunah, dan merenungkan makna kehidupan sangat dianjurkan selama iktikaf.
Ketiga, peserta iktikaf harus menjauhi perbuatan yang tidak baik. Hindari perkataan sia-sia dan perdebatan yang tidak perlu. Sebaliknya, waktu harus dimanfaatkan untuk introspeksi diri, memperbaiki diri, dan memohon ampunan atas segala kesalahan.
Dengan memahami dan menjalankan tata cara iktikaf yang tepat, individu dapat meraih pelajaran dan keberkahan yang sangat berharga. Iktikaf memberikan pengalaman spiritual yang mendalam sekaligus kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ramadhan bukan hanya menjadi ajang untuk berpuasa, tetapi juga untuk memperkuat budaya ibadah dalam kehidupan sehari-hari yang berkelanjutan even setelah bulan suci ini berakhir.