Indonesia

Kirab Malaikat Perdagangan: Harapan Dagang Lancar di Cap Go Meh 2576

Perayaan Cap Go Meh 2576 kongzili yang digelar di Purwokerto, Jawa Tengah, pada Rabu malam (12/2) tidak hanya menjadi momen penutup dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek, tetapi juga menjadi harapan bagi banyak penganut Konghucu, terutama dalam konteks perekonomian. Dalam acara tersebut, warga setempat dengan penuh semangat mempersiapkan kirab yang melibatkan dua replika malaikat penting: Kwee Seng Ong, yang dikenal sebagai malaikat perdagangan, dan Hiang Thian Siang Tee, sebagai malaikat pengobatan.

Rusli, salah satu warga yang terlibat dalam persiapan, berharap kirab ini membawa berkah bagi usahanya yang baru dirintis. “Kita ingin lebih baik ekonominya. Sekarang saya kembali di Purwokerto ingin punya usaha sendiri dan bisa dilancarkan,” ungkap Rusli sambil merias tandu yang menampung replika malaikat.

Kegiatan ini diawali dengan doa serta prosesi melempar Xiaopwe, alat tradisional yang digunakan untuk berkomunikasi dengan para malaikat. Rohaniawan Konghucu Kabupaten Banyumas, Ws Budi Rohadi, menjelaskan pentingnya prosesi ini. Menurutnya, sebelum kirab, pihaknya harus meminta restu dari Hok Tek Tjeng Sin, atau malaikat bumi. “Jika alat itu menutup semua, maka berarti tidak diijinkan kirab. Jika salah satunya terbuka dan satunya tertutup, berarti diijinkan,” terangnya.

Dua malaikat yang diarak—Kwee Seng Ong dan Hiang Thian Siang Tee—diharapkan dapat memberi dampak positif bagi masyarakat Purwokerto. “Kami ingin kota ini dijauhkan dari marabahaya dan segala hal negatif, serta menciptakan kondisi di mana semua sektor usaha bisa berjalan dengan baik,” tambah Budi.

Cap Go Meh tahun ini diwarnai dengan berbagai kegiatan, termasuk penyediaan makanan bagi masyarakat. Pengurus Kelenteng Hok Tik Bio Purwokerto, Maryati, mengatakan, “Kami menyediakan lontong dan opor ayam sebanyak 500 mangkuk, serta Nian Gao sebagai camilan untuk dinikmati bersama sambil menyaksikan pertunjukan Liong dan Barongsai.”

Melalui acara ini, penganut Konghucu diharapkan tidak hanya menikmati suasana perayaan, tetapi juga merenungkan harapan dan tujuan di tahun baru yang akan datang. “Cap Go Meh adalah momen untuk tidak terlena dan memacu diri agar lebih baik sepanjang tahun 2576 kongzili,” pesan Budi.

Dalam konteks perekonomian yang lesu, perayaan ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih berani menciptakan usaha baru dan meningkatkan daya saing. Keberadaan replika malaikat perdagangan menjadi simbol harapan agar bisnis dan usaha masyarakat Purwokerto tidak hanya lancar, tetapi juga membawa hasil yang memuaskan.

Dengan sukacita yang mengisi udara, Cap Go Meh di Purwokerto menandai tidak hanya perayaan, tetapi juga harapan untuk masa depan yang lebih cerah. Hawa panas dari ribuan lilin yang menyala serta doa-doa tulus dari umatnya menciptakan nuansa penuh harapan, dimana setiap langkah dalam kirab ini diiringi dengan keinginan untuk mendapatkan berkah yang melimpah dari kedua malaikat yang diarak. Perayaan ini tidak sekadar tradisi, tetapi merupakan bagian tak terpisahkan dari semangat masyarakat untuk maju dalam usaha dan menghadapi tantangan kehidupan dengan optimisme.

Siti Aisyah adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button