Striker berdarah Indonesia-Belanda, Miliano Jonathans, menjadi salah satu kisah menarik dalam perjalanan pencarian pemain diaspora untuk memperkuat tim nasional Indonesia, terutama pada era kepelatihan Shin Tae-yong. Meskipun dianggap sebagai pemain berkualitas dengan potensi besar, proses naturalisasinya terhenti, meninggalkan tanda tanya di benak banyak penggemar sepak bola tanah air.
Hamdan Hamedan, Staf Ahli Menteri Pemuda dan Olahraga, mengungkapkan bahwa dirinya pertama kali mengetahui tentang Miliano pada tahun 2021 ketika ditugaskan PSSI untuk mempercepat proses naturalisasi pemain diaspora, terutama menjelang Piala Dunia U-20 2023. Dalam kapasitasnya sebagai Direktur Eksekutif Indonesia Diaspora Network-United, Hamdan memiliki akses ke database pemain diaspora dari berbagai belahan dunia.
“Saya mendapatkan SK untuk membantu persiapan Timnas Indonesia U-20, dimulai dari trial pemain diaspora. Saat itu, mencari pemain diaspora untuk U-20 tidak mudah,” jelas Hamdan. Melalui proses tersebut, ia menyodorkan berbagai nama kepada pelatih timnas, salah satunya adalah Miliano Jonathans.
Dalam pemikirannya, Miliano adalah pemain berkategori ‘Grade A’. Dengan usia yang masih muda dan pengalaman di liga top Eropa bersama Vitesse, Hamdan yakin bahwa striker yang berasal dari Depok ini mampu memberikan kontribusi signifikan. “Dia memiliki kontrak profesional di klubnya dan sudah tiga kali tampil di Eredivisie,” tambahnya.
Setelah melakukan pemantauan, Hamdan mendapat kabar bahwa Shin Tae-yong tertarik untuk melihat kemampuan Miliano lebih lanjut. Namun, tidak ada penjelasan yang jelas mengenai mengapa proses naturalisasinya tidak berhasil. Akhirnya, meski Miliano gagal bergabung, Timnas Indonesia tetap memanggil pemain-pemain keturunan Belanda seperti Rafael Struick, Ivar Jenner, dan Justin Hubner yang kini menjadi andalan tim.
Hamdan menjelaskan bahwa Miliano sebenarnya memenuhi semua kriteria yang ditetapkan untuk naturalisasi, karena dia memiliki darah Indonesia dari sang ayah yang berasal dari Depok, Jawa Barat. “Kalau ditemukan nama tertentu, itu sudah jadi bukti permulaan yang cukup,” katanya.
Menariknya, Miliano dikenal sebagai winger dengan karakteristik permainan mirip Arjen Robben. Hamdan menggambarkan Miliano sebagai pemain yang piawai dalam teknik ‘cutting inside’ yang dapat membahayakan gawang lawan. “Sebetulnya, dia adalah pemain yang menjanjikan,” ungkap Hamdan optimis tentang potensi Miliano di pentas sepak bola internasional.
Secara keseluruhan, kisah Miliano Jonathans menjadi gambaran kompleksitas proses naturalisasi pemain di Indonesia. Meskipun potensinya diakui oleh banyak pengamat sepak bola, namun hal tersebut tidak menjamin keberhasilan pada tingkat administrasi. Ketidakhadiran Miliano di timnas menjadi pertanda bahwa ada tantangan yang harus dihadapi dalam upaya memperkuat tim nasional, terutama yang melibatkan pemain diaspora yang bercita-cita mengenakan jersey merah putih.
Masyarakat sepak bola Indonesia kini berharap agar proses naturalisasi dapat berjalan lebih efisien di masa mendatang, sehingga pemain-pemain bertalenta seperti Miliano tidak terlewatkan lagi. Di sisi lain, dengan adanya ketiga pemain keturunan Belanda yang telah diintegrasikan ke dalam skuad, terdapat harapan baru untuk masa depan timnas Indonesia dalam kompetisi internasional. Kegagalan Miliano Jonathans sebagai regenerasi pemain berdarah Indonesia adalah pelajaran berharga dalam mencari bakat-bakat terbaik yang bisa memperkuat tim nasional dalam menghadapi tantangan global.