Indonesia

Kolaborasi RI-Prancis: Kemhan Siap Genjot Produksi Alutsista!

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan) dalam sebuah acara peluncuran yang diadakan pada Kamis, 23 Januari 2025, di Banten, menegaskan dukungan penuhnya terhadap kolaborasi antara perusahaan Indonesia dan Prancis. Tujuan utama dari kerja sama ini adalah untuk memperkuat produksi alat utama sistem senjata (alutsista) dalam negeri.

Dalam kesempatan tersebut, Mayor Jenderal TNI Piek Budyakto, yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan, mengungkapkan bahwa proyek ini merupakan hasil kerja sama yang melibatkan PT Sentra Surya Ekajaya (SSE) dari Indonesia dan perusahaan pertahanan Texelis asal Prancis. Piek menyatakan, “Kita memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif-inisiatif seperti ini. Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat ekosistem industri pertahanan dengan kebijakan yang mendukung inovasi kemitraan internasional dan pengembangan teknologi lokal.”

Salah satu produk yang dihasilkan dari kolaborasi ini adalah kendaraan angkut personel P2 Tiger APC 4×4. Kendaraan ini dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan TNI Angkatan Darat, dengan spesifikasi yang mengesankan. P2 Tiger memiliki bobot maksimum 18 ton dan dilengkapi dengan perlindungan sesuai standar STANAG 4569 level 2 hingga 4. Menariknya, mayoritas komponennya dirakit di Indonesia oleh PT SSE, sementara Texelis memberikan dukungan teknologi serta platform mobilitas, merujuk pada pengalaman mereka dalam pengembangan APC Serval 4×4 untuk Angkatan Darat Prancis.

Dalam pernyataannya, Piek juga menyoroti pentingnya meningkatkan kandungan lokal dalam produksi alat pertahanan. Saat ini, kandungan lokal dalam industri pertahanan Indonesia hanya mencapai 40 persen dari target yang ditetapkan sebesar 70 persen. “Kita sekarang sedang menumbuhkan produk dalam negeri, terutama dalam industri pertahanan. Ke depan, kita harus mandiri, terutama dalam bidang pertahanan,” jelasnya.

Kerja sama antara Indonesia dan Prancis ini sejalan dengan arahan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, yang menekankan pentingnya end-user, dalam hal ini TNI, untuk memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri. Piek menambahkan bahwa Undang-Undang Cipta Kerja yang ditetapkan pada tahun 2019 menjadi kerangka hukum yang mendukung pertumbuhan industri lokal di sektor pertahanan.

P2 Tiger menjadi simbol dari upaya Indonesia untuk mengadopsi teknologi asing dan mengembangkan masing-masing di dalam negeri. “Kendaraan ini memiliki tenaga mesin yang lebih besar, kemampuan manuver yang lebih baik, serta ruang yang lebih luas dibandingkan generasi sebelumnya,” ungkap Piek. Dia juga mencatat bahwa kepercayaan yang diberikan kepada PT SSE untuk memproduksi produk industri pertahanan relevan dengan kebutuhan angkatan bersenjata dalam negeri adalah langkah penting menuju kemandirian.

Dengan dukungan dan komitmen dari Kemhan serta kerja sama dengan Texelis, Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas alutsista, tetapi juga memperkuat kapasitas industri pertahanan lokal. Pendekatan ini diharapkan akan membawa Indonesia pada jalur yang tepat untuk mencapai kemandirian dalam produksi alat pertahanan, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional melalui pengembangan sektor industri pertahanan yang berkelanjutan.

Dari langkah-langkah nyata yang telah diambil, terlihat jelas bahwa kolaborasi RI-Prancis dalam memproduksi alutsista akan membawa dampak signifikan bagi kemandirian pertahanan Indonesia, dengan harapan bahwa hal ini akan menjadi contoh bagi kerja sama internasional lainnya di bidang pertahanan dan teknologi.

Siti Aisyah

Siti Aisyah adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button