Dalam era globalisasi yang semakin marak, kreativitas dan inovasi menjadi kunci bagi setiap pelaku usaha untuk tetap eksis dan berkembang. Nungki, seorang pengusaha muda asal Yogyakarta, telah membuktikan bahwa kolaborasi antara wirausaha mandiri dan produk budaya lokal, seperti batik kontemporer, dapat menembus pasar dunia. Dengan komitmen untuk menciptakan produk ramah lingkungan, Nungki memproklamirkan visinya untuk memperkenalkan batik sebagai warisan budaya yang memiliki nilai seni tinggi sekaligus daya saing di tingkat global.
Sejak berusia dini, Nungki telah menunjukkan ketertarikan yang mendalam untuk berwirausaha. Di tengah teman-teman seusianya yang bercita-cita menjadi dokter atau pilot, ia justru ingin menjadi seorang pengusaha. Mimpi tersebut membawanya menjelajahi berbagai peluang usaha, mulai dari berjualan makanan hingga menjadi reseller batik. Namun, merasa kurang puas dengan keterbatasan yang ada, Nungki memutuskan untuk memproduksi batik sendiri pada tahun 2010.
Berawal dengan modal kecil, Nungki mulai berinovasi dengan menciptakan desain batik yang memadukan motif Jawa dengan sentuhan modern. Menggunakan teknik celup dan colet yang menghasilkan warna-warna menawan, ia berhasil menarik perhatian pasar dengan karya batiknya. Melalui upaya yang gigih dan ketekunan, Nungki dapat menjual hingga 120 juta rupiah per bulan. Segala kerja kerasnya membuahkan hasil ketika produknya berhasil menembus pasar ekspor ke berbagai negara seperti Singapura, Amerika Serikat, dan Belanda.
Dukungan dari Bank Mandiri melalui program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) memainkan peran krusial dalam perjalanan bisnis Nungki. Program ini tidak hanya memberikan akses ke jaringan bisnis yang lebih luas, tetapi juga menyediakan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses berwirausaha. Direkrut menjadi salah satu peserta, Nungki merasa bahwa pengalaman di WMM memberinya wawasan baru dan mengubah pola pikir dalam mengelola usaha.
Dengan memanfaatkan pengetahuan yang didapat dari program tersebut, Nungki dapat membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Ia menerapkan sistem pengolahan limbah yang sesuai standar sehingga tidak mencemari lingkungan, serta menggunakan pewarna alami dalam produksinya. Dalam upaya mengurangi limbah, ia juga menerapkan konsep upcycle fashion untuk mengolah kembali bahan sisa menjadi produk baru yang bernilai jual tinggi.
Salah satu strategi sukses Nungki adalah menyelenggarakan workshop membatik bagi berbagai kelompok masyarakat, termasuk wisatawan asing. Kegiatan ini tidak hanya mengenalkan batik kontemporer sebagai warisan budaya, tetapi juga membuka jendela peluang bagi pemasaran produk. Pembelajaran yang diberikan selama workshop menjadi daya tarik tersendiri dan mengundang minat pasar internasional, yang menghargai karya batik sebagai produk budaya yang fakta dan inovatif.
Dalam setiap langkah perjalanan usahanya, Nungki menegaskan pentingnya kolaborasi. Hal ini tidak hanya terlihat dalam dukungan dari institusi, seperti Bank Mandiri, tetapi juga dalam menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk memberdayakan kelompok-kelompok yang terlibat dalam produksi batik. Keterlibatan ini memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan menciptakan jejaring yang kuat di antara pelaku usaha.
Kisah Nungki dan Creative Batik Kontemporer menunjukkan bahwa dengan komitmen terhadap kualitas, keberlanjutan, dan inovasi, produk lokal seperti batik dapat bersaing di pasar global. Keberhasilan Nungki menjadi inspirasi bagi banyak wirausahawan muda di Indonesia untuk terus berinovasi dan menembus batas pasar tanpa meninggalkan akar budaya yang kaya. Dengan dukungan terus-menerus dari program seperti Wirausaha Muda Mandiri, harapannya adalah lebih banyak pelaku usaha lokal yang mampu bertransformasi dan berkontribusi pada ekonomi kreatif tanah air.