
Komisi Digital dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sedang memperkuat sistem peringatan dini untuk menghadapi cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi. Dalam sebuah pertemuan yang berlangsung di Kantor Kementerian Komunikasi dan Digital, Jakarta, Menteri Komdigi Meutya Hafid menekankan pentingnya kolaborasi ini agar sistem komunikasi publik berfungsi secara optimal. “Koordinasi antara Komdigi dan BMKG telah berjalan lama. Dengan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem dan bencana, kami perlu memastikan sistem komunikasi publik berjalan lebih optimal,” ujar Meutya.
Pertemuan ini juga melibatkan Pelaksana Tugas Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang memaparkan strategi peningkatan komunikasi publik. Dalam beberapa bulan terakhir, khususnya pada Januari hingga Februari, BMKG mencatat adanya tren peningkatan peringatan cuaca yang signifkan. “Masyarakat harus mendapatkan informasi peringatan dini dengan cepat dan akurat,” tambah Meutya.
Salah satu langkah konkret yang diambil adalah penyebaran informasi kebencanaan yang memanfaatkan berbagai saluran komunikasi. Ini termasuk kerja sama dengan operator seluler dan televisi. Sistem Peringatan Dini atau Early Warning System (EWS) yang telah dikembangkan sejak 2016 melalui SMS Blast kini diperluas hingga menjangkau siaran TV digital mulai Agustus 2024. Kementerian Komdigi juga telah bekerja sama dengan penyelenggara multipleksing seperti TVRI, Transmedia, Metro TV, MNC, SCM, Viva, NTV, dan RTV untuk menampilkan peringatan dini bencana secara langsung di layar televisi.
Dengan demikian, informasi mengenai cuaca ekstrem dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dalam waktu singkat. Dwikorita Karnawati optimis bahwa dengan terus diperluasnya infrastruktur komunikasi dan peningkatan konektivitas seluler di daerah terpencil, informasi kebencanaan akan lebih cepat diterima oleh masyarakat di wilayah rawan bencana. “Kami berkomitmen untuk memastikan informasi peringatan dini tersampaikan secara luas dan tepat waktu,” ungkapnya.
Menurut data dari BMKG, terdapat peningkatan signifikan dalam jumlah kejadian cuaca ekstrem dan bencana alam selama Januari dan Februari 2024. Contohnya, jumlah kejadian gempa bumi meningkat dari 11 kasus pada Januari menjadi 25 kasus pada Februari. Selain itu, banjir besar yang terjadi di wilayah Jabodetabek pada 4 Maret juga disebabkan oleh curah hujan tinggi yang tak terduga.
Menyusul perkembangan tersebut, Kementerian Komdigi dan BMKG berkomitmen untuk terus memperkuat komunikasi publik. Beberapa poin strategi yang akan dilaksanakan antara lain:
Penyebaran Informasi Melalui Saluran Beragam: Memastikan bahwa informasi tentang cuaca ekstrem dapat diakses melalui berbagai platform, baik itu media sosial, SMS, maupun siaran televisi.
Pengembangan Sistem Peringatan Dini: Memperluas penggunaan sistem EWS yang ada dengan menambahkan siaran televisi sebagai saluran komunikasi baru untuk informasi kebencanaan.
Kerja Sama dengan Penyedia Layanan: Meningkatkan kerjasama dengan operator seluler dan lembaga penyiaran untuk menjamin informasi yang akurat dan merata.
Peningkatan Infrastruktur di Wilayah Terpencil: Fokus pada perbaikan dan pengembangan infrastruktur komunikasi di daerah yang terlalu sulit dijangkau oleh sistem konvensional.
- Peningkatan Pengetahuan Masyarakat: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya informasi cuaca dan peringatan dini untuk meminimalisir dampak bencana.
Dengan kombinasi langkah-langkah tersebut, diharapkan sistem peringatan dini ini akan mampu memberikan respons yang lebih cepat terhadap cuaca ekstrem dan bencana sehingga masyarakat dapat lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Inisiatif ini merupakan langkah proaktif yang diharapkan bisa menyelamatkan nyawa dan harta benda di tengah ancaman cuaca yang tidak menentu.