
Uni Eropa (UE) semakin tergugah untuk membangun blok pertahanan baru demi mengurangi ketergantungan terhadap Amerika Serikat (AS). Ini disampaikan oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dalam pidatonya di Brussels. Dalam konteks geostrategis yang semakin rumit, von der Leyen menekankan perlunya UE untuk memperkuat ketahanan dan komitmennya dalam bidang pertahanan. Komentar ini muncul ditengah meningkatnya kekhawatiran mengenai perubahan kebijakan AS terkait aliansi militer dan nasib NATO.
Menurut von der Leyen, ada tiga alasan mendasar yang mendorong pentingnya blok pertahanan baru bagi UE. Pertama, dia menyoroti hadirnya kompetisi geostrategis yang semakin ketat. “Kita jelas telah memasuki era baru persaingan geostrategis yang ketat,” ungkapnya. Keadaan ini menuntut UE untuk lebih mandiri dan tidak hanya bergantung pada komitmen dari luar, termasuk AS. Situasi ini juga dipicu oleh sejumlah kebijakan dan pernyataan yang meragukan dari Washington, terutama terkait dengan aliansi transatlantic.
Alasan kedua adalah adanya penggalangan dana yang signifikan. Von der Leyen mencatat bahwa UE telah meluncurkan rencana pengumpulan dana sebesar €800 miliar (setara USD868 miliar) untuk memperkuat militernya. Menurutnya, ini adalah langkah bersejarah yang dapat menjadi dasar bagi persatuan pertahanan Eropa. Ia mengusulkan agar blok pertahanan ini juga dapat berkolaborasi dengan negara-negara lain yang memiliki visi serupa, seperti Inggris, Norwegia, dan Kanada. Ini menunjukkan bahwa UE tidak hanya berusaha mandiri tetapi juga ingin memperkuat kerjasama internasional.
Alasan ketiga berakar pada banyaknya ancaman nyata yang dihadapi Eropa saat ini. Von der Leyen mengindikasikan bahwa Komisi Eropa akan segera merilis buku putih yang menganalisis berbagai skenario ancaman dan merumuskan tindakan untuk menanganinya. Pernyataan tersebut datang setelah peningkatan ketegangan di wilayah Eropa, terutama yang berkaitan dengan konflik Ukraina dan Rusia. Mantan Presiden AS, Donald Trump, juga telah berulang kali menekankan perlunya sekutu Eropa untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka, bahkan mengancam akan mengalihkan dukungan militer jika negara-negara tersebut tidak memenuhi kewajiban finansial mereka.
Dalam beberapa bulan terakhir, Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa Rusia merupakan ancaman bagi Eropa. Ia bahkan menyatakan kesiapan untuk menggunakan senjata nuklir Prancis guna melindungi negara-negara anggota UE lainnya. Pernyataan tersebut telah menciptakan ketegangan lebih lanjut, dengan respon yang konfrontatif dari Moskow.
Komitmen UE untuk membentuk blok pertahanan baru juga mencerminkan adaptasi terhadap dinamika global yang terus berubah. Dengan semakin kompleksnya tantangan keamanan yang ada, ketidakpastian mengenai peran AS di Eropa menuntut UE untuk mengambil inisiatif. Langkah ini diyakini tidak hanya akan memperkuat posisi Eropa di kancah internasional, tetapi juga menjaga stabilitas dan keamanan di dalam kawasan itu sendiri.
Penguatan diri dalam bidang pertahanan diharapkan bisa membantu negara-negara anggota UE lebih siap menghadapi beragam tantangan yang mungkin timbul di masa depan. Dalam keadaan dunia yang semakin bergerak cepat, keberanian untuk berinvestasi dalam pertahanan adalah langkah strategis yang tidak bisa diabaikan oleh UE.