Kota-Kota Tercemar di Asia Tenggara: Apakah Jakarta Teratas?

Kota-kota di Asia Tenggara kini menghadapi tantangan serius dalam masalah polusi udara. Berdasarkan laporan terbaru dari IQAir, beberapa kota di kawasan ini termasuk di antara lima kota paling tercemar di dunia. Ho Chi Minh City berada di peringkat kedua, diikuti oleh Phnom Penh dan Bangkok masing-masing di posisi keempat dan kelima. Lalu, bagaimana dengan Jakarta? Meskipun tidak disebutkan secara khusus dalam laporan ini, Jakarta juga dikenal sebagai salah satu kota dengan tingkat polusi yang tinggi.

Kota Bangkok kini mengalami krisis udara bersih dengan kabut asap tebal yang melanda, menyulitkan kegiatan harian warganya. Seorang pengemudi ojek, Supot Sitthisiri (55), mengungkapkan kesulitan yang dihadapinya. “Hidung saya terus-menerus tersumbat. Saya harus selalu membuang ingus,” ujarnya, mencerminkan kondisi kesehatan yang memburuk akibat polusi.

Polusi udara di kawasan Asia Tenggara dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pembakaran lahan pertanian, emisi dari industri, dan kemacetan lalu lintas. Peringatan kesehatan pun dikeluarkan, terutama ketika Ho Chi Minh City mengalami tingkat partikulat halus yang 11 kali lebih tinggi dari rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sebelumnya, ibu kota Hanoi sempat dinobatkan sebagai kota paling tercemar di dunia, yang menggerakkan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko kesehatan dari dampak polusi dan mendorong penggunaan masker.

Pemerintah Thailand telah mengambil beberapa langkah untuk menangani keadaan darurat ini. Menteri Perhubungan Suriya Juangroongruangkit mengumumkan program transportasi umum gratis selama seminggu dan penutupan sekitar 300 sekolah di Bangkok. Namun, ada tanggapan skeptis dari warga yang merasa langkah tersebut kurang memadai. “Mereka harus mengambil tindakan lebih lanjut, tidak hanya mengumumkan tingkat debu yang tinggi dan menutup sekolah. Perlu ada lebih dari itu,” kata Khwannapat Intarit (23).

Pemerintah, termasuk Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra, menekankan pentingnya kolaborasi dari perusahaan dan lembaga pemerintah untuk mengizinkan staf bekerja dari rumah guna mengurangi penggunaan mobil. Perhatian juga diarahkan pada penggunaan penutup debu di lokasi konstruksi untuk mengurangi polusi lebih lanjut.

Di Hanoi dan Ho Chi Minh City, masalah polusi menjadi isu global dan dalam konteks ini, solusi jangka panjang perlu didorong. Selain pajak karbon dan promosi kendaraan listrik, langkah-langkah lain yang bisa diambil termasuk peningkatan penggunaan transportasi umum, pengurangan penggunaan kendaraan pribadi, dan penerapan teknologi ramah lingkungan di sektor industri.

Asia Tenggara berjuang melawan polusi udara, yang tidak hanya disebabkan oleh industri dan transportasi, tetapi juga kebakaran hutan dan pembangkit listrik tenaga batubara. Penyakit pernapasan, jantung, kanker, dan stroke adalah sekian banyak dampak kesehatan akibat kondisi ini. Solusi praktis dan kebijakan proaktif diperlukan untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Ketika Jakarta tidak disebutkan dalam laporan IQAir, bukan berarti kota ini bebas dari masalah polusi. Sebagai kota dengan tingkat kemacetan yang signifikan dan pertumbuhan industri cepat, Jakarta harus tetap waspada terhadap kondisi udara yang dapat memengaruhi kesehatan warga. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengurangi dampak negatif ini dan meningkatkan kualitas udara, demi masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.

Exit mobile version