Indonesia

Kronologis Penembakan 5 WNI oleh Aparat Malaysia: Fakta dan Momen Kunci

Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) mengalami insiden tragis ketika lima dari mereka ditembak oleh aparat keamanan Malaysia di perairan Malaysia-Indonesia. Dalam kejadian yang dilaporkan terjadi beberapa hari lalu, satu WNI dinyatakan tewas, sementara empat lainnya mengalami luka-luka. Data ini diperoleh dari Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Aceh, dan menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Menurut keterangan resmi dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia melalui Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur, korban tewas dalam insiden ini merupakan WNI berinisial B asal Riau. Sementara itu, salah satu korban yang selamat adalah Muhammad Hanafiah, yang kini tengah dirawat di rumah sakit. Kejadian tersebut menyoroti sejumlah masalah terkait perlindungan pekerja migran yang bekerja di luar negeri, terutama di Malaysia.

Sebagai langkah awal, BP3MI Aceh telah melakukan penelusuran dan berkoordinasi dengan KBRI Kuala Lumpur untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut mengenai kasus ini. Mereka juga berusaha untuk memastikan kebenaran mengenai korban yang merupakan warga Aceh, yang saat itu berada di perairan Malaysia untuk pulang melalui jalur tidak resmi. BP3MI menggandeng pihak Imigrasi Malaysia untuk mendapatkan data lengkap mengenai insiden ini. Dalam keterangannya, mereka menyebutkan bahwa KBRI telah menerima informasi terkait kejadian tersebut pada hari Sabtu, 25 Januari.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kronologis kejadian dimulai ketika Muhammad Hanafiah menghubungi istrinya pada hari Kamis, 23 Januari. Dalam percakapan tersebut, Hanafiah menyampaikan bahwa dirinya sedang dalam masalah dan meminta agar istrinya tidak menghubunginya. Pada keesokan harinya, Jumat, 24 Januari, Hanafiah menginformasikan kepada istrinya bahwa ia berencana pulang ke Aceh.

Sejak pagi hari Jumat tersebut, Hanafiah berupaya untuk menyampaikan kondisinya melalui pesan suara di WhatsApp. Ia menjelaskan bahwa dalam situasi yang tidak baik dan meminta istrinya untuk melapor kepada pihak kepolisian. Ia juga berbagi lokasi keberadaannya di pulau Carey, tempat di mana insiden penembakan terjadi. Malam itu, nomor teleponnya menjadi tidak aktif, membuat istrinya sangat khawatir.

Kondisi Hanafiah kini dilaporkan stabil, dan ia masih menjalani perawatan di sebuah rumah sakit. BP3MI Aceh berkomitmen untuk memantau terus perkembangan kesehatan Hanafiah serta memberikan dukungan kepada keluarganya. Dalam pernyataan mereka, BP3MI menyatakan akan terus berkoordinasi dengan perwakilan RI di Malaysia dan pihak terkait untuk memastikan hak-hak Hanafiah dan saudara-saudaranya sebagai pekerja migran terpenuhi.

Kejadian ini mengundang kecaman dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Indonesia yang menegaskan pentingnya perlindungan hak-hak WNI di luar negeri. Masyarakat pun berharap insiden serupa tidak terjadi lagi di masa depan. Pemerintah diharapkan dapat mengoptimalkan langkah antisipasi untuk melindungi pekerja migran, serta menangani insiden penembakan dengan serius agar keadilan dapat ditegakkan.

Sementara itu, keberadaan Hanafiah dan korbannya yang lain terus dipantau oleh pihak BP3MI dan KBRI karena hingga saat ini, masih banyak yang menunggu kepastian dari pihak berwenang. Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya perlindungan dan pengawasan terhadap pekerja migran Indonesia, yang sering kali berada dalam situasi rentan di negara asing.

Siti Aisyah adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button