Indonesia

Laskar Merah Putih Serukan Keberanian Usut Penembakan 5 PMI!

Ketua Umum Laskar Merah Putih (LMP), M Arsyad Cannu, mengungkapkan kecaman yang mendalam terhadap insiden penembakan yang melibatkan lima Pekerja Migran Indonesia (PMI) oleh Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM). Kejadian tragis ini berlangsung pada Jumat, 24 Januari 2025, sekitar pukul 03.00 WIB di perairan Tanjung Rhu, Malaysia, yang mengakibatkan satu WNI meninggal dunia dan empat lainnya mengalami luka-luka.

Dalam pernyataannya, Arsyad menegaskan bahwa tindakan APMM sangat berlebihan dan tidak proporsional. "Kami menyampaikan duka cita yang mendalam atas kehilangan seorang pekerja migran kita dan berharap agar empat korban yang saat ini masih dirawat dapat segera pulih,” ujarnya di Markas Besar LMP, Jakarta Barat, Selasa, 28 Januari 2025.

Latar belakang insiden ini mencuat ketika diketahui bahwa lima PMI tersebut sedang berusaha meninggalkan Malaysia secara ilegal. Namun, Arsyad menekankan bahwa tindakan penembakan tidak dapat dibenarkan, berargumen bahwa seharusnya para PMI dapat diamankan dengan tindakan yang lebih manusiawi. "Pemerintah Malaysia harus bertanggung jawab dan mengusut tuntas penggunaan kekuatan secara berlebihan dalam kasus ini. Kenapa sampai harus menggunakan senjata? Seharusnya cukup dengan penangkapan," tandasnya.

Sebagai respons terhadap insiden ini, Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur telah mengirimkan nota diplomatik. Nota ini menyerukan agar peristiwa penembakan tersebut diselidiki secara tuntas dan meminta akses kekonsuleran untuk menjenguk jenazah dan bertemu dengan para korban. "Kami akan terus memantau penanganan peristiwa yang sangat tragis ini," kata Arsyad.

Laskar Merah Putih menegaskan penolakannya terhadap penggunaan kekuatan militer yang berlebihan, apalagi terhadap individu yang tidak bersenjata seperti PMI. "Tindakan represif pihak keamanan Maritim Malaysia ini merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan mencederai martabat Bangsa Indonesia," jelas Arsyad. Ia juga meminta agar Pemerintah Malaysia melakukan pemulihan hak bagi korban dan mengeluarkan permintaan maaf sebagai bentuk tanggung jawab moral.

Insiden ini menggambarkan betapa rentannya posisi pekerja migran di negara lain, terutama dalam menghadapi tindakan represif yang mengancam keselamatan mereka. Sejumlah poin penting yang perlu diperhatikan dalam kasus ini antara lain:

  1. Kondisi Pekerja Migran: Penting untuk memastikan perlindungan bagi pekerja migran, yang seringkali menghadapi risiko tinggi, termasuk penegakan hukum yang tidak adil.

  2. Tindakan Keamanan yang Proporsional: Setiap tindakan keamanan harus mempertimbangkan proporsionalitas dan kewajaran, terutama jika melibatkan nyawa manusia.

  3. Dampak Internasional: Insiden semacam ini dapat mempengaruhi hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia, serta menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat mengenai nasib pekerja migran.

  4. Kepulangan yang Aman: Keberadaan jalur keluar yang aman dan legal bagi pekerja migran sangat penting untuk menghindari situasi berbahaya seperti ini.

  5. Perlunya Keseriusan Pemerintah: Pemerintah perlu lebih serius dalam menangani isu perlindungan pekerja migran dan berupaya keras untuk menyelesaikan sengketa dengan cara yang sesuai dengan norma-norma internasional.

Pernyataan kuat dan tegas dari Laskar Merah Putih ini diharapkan dapat memicu tindakan nyata dari pemerintah dan otoritas terkait untuk memastikan perlindungan lebih baik bagi pekerja migran Indonesia di luar negeri dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Kejadian penembakan ini harus dipandang bukan hanya sebagai sebuah insiden, tetapi juga sebagai panggilan untuk memperhatikan keselamatan dan martabat setiap pekerja migran Indonesia yang mencari nafkah jauh dari tanah air.

Siti Aisyah adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button