
Jakarta: Upaya untuk meningkatkan keterlibatan perempuan dalam dunia politik membutuhkan langkah-langkah afirmasi dan edukasi yang lebih kuat. Dalam diskusi publik bertema "Memperkuat Kesadaran dan Aksi Melawan Kekerasan terhadap Perempuan dalam Politik" yang diadakan di Jakarta, Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat mengungkapkan observasinya mengenai tantangan besar dalam melibatkan perempuan dalam arena politik.
"Tantangan terbesar kita adalah melahirkan perempuan yang tahu dan mau terjun ke dunia politik serta mampu berada di depan dalam pengambilan keputusan di ranah publik," jelas Lestari Moerdijat, yang akrab disapa Rerie. Diskusi ini diselenggarakan oleh Women Research Institute (WRI) bekerja sama dengan Westminster Foundation for Democracy (WFD) dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Direktur Eksekutif WRI Sita Aripurnami, Ketua Bawaslu Rachmat Bagja, dan Wakil Ketua Baleg DPR RI Ahmad Dolly Kurnia Tanjung.
Lestari Moerdijat menyatakan bahwa kendala paling signifikan yang dihadapi oleh perempuan di Indonesia adalah ketidakberanian untuk berpartisipasi dalam politik. Sebagian besar perempuan merasa enggan atau tidak percaya diri untuk memposisikan diri dalam dunia politik yang selama ini didominasi oleh laki-laki. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya langkah afirmasi untuk mendorong keterlibatan perempuan di bidang ini.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Lestari menyoroti beberapa poin penting:
Edukasi yang Menyeluruh: Perlu ada upaya edukasi yang masif untuk meningkatkan kesadaran perempuan di berbagai tingkat sosial tentang pentingnya peran mereka dalam politik. Keberanian untuk ambil bagian dan pemahaman akan hak-hak politik perlu ditanamkan sejak dini.
Dukungan dari Pemangku Kepentingan: Lestari menegaskan bahwa political will dari pemangku kepentingan dan dukungan dari pimpinan organisasi sangat penting untuk melibatkan perempuan dalam politik. Tanpa adanya dukungan nyata, usaha untuk mengedukasi perempuan akan sia-sia.
Penyediaan Wadah dan Organisasi: Saat ini, belum ada organisasi atau wadah yang berfungsi secara maksimal untuk "membuka mata" perempuan akan pentingnya keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan publik. Ketersediaan platform yang mendukung perempuan dalam politik sangat dibutuhkan.
- Kolaborasi Semua Pihak: Mendorong semua pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah, partai politik, serta masyarakat untuk menciptakan ekosistem politik yang kondusif bagi peran aktif perempuan.
Lestari juga menekankan bahwa perempuan harus didorong untuk berkiprah dalam politik agar dapat berkontribusi pada pembuatan kebijakan yang lebih inklusif. Dengan adanya pelatihan, seminar, dan program mentoring yang tepat, diharapkan dapat muncul generasi perempuan yang tidak hanya terlibat tetapi juga mampu memimpin.
"Dunia politik merupakan arena yang membutuhkan berbagai perspektif. Keterlibatan perempuan sangat krusial untuk menciptakan keputusan yang lebih beragam dan representatif," ungkap Rerie, menekankan harapannya untuk masa depan di mana perempuan dapat lebih aktif dalam politik.
Melalui langkah-langkah afirmasi dan edukasi yang tepat, Lestari Moerdijat yakin bahwa batas-batas yang menghalangi perempuan untuk terjun ke dunia politik bisa dilampaui. Pentingnya mendorong perempuan untuk berperan serta dalam pembuatan kebijakan adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil dan demokratis.
Situasi saat ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk mewujudkan dukungan yang nyata bagi perempuan dalam politik. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, partai politik, dan masyarakat sipil menjadi semakin mendesak untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi perempuan.