
Ilmuwan baru-baru ini mengungkapkan penemuan menarik mengenai jasad seorang pria yang terawetkan oleh material letusan Gunung Vesuvius di Italia hampir 2.000 tahun yang lalu. Penelitian ini menunjukkan bahwa otak korban diduga telah mengalami transformasi menjadi kaca akibat paparan suhu ekstrem selama letusan yang menghancurkan kota kuno Herculaneum. Temuan ini dipublikasikan pada 27 Februari 2025 dalam jurnal Scientific Reports.
Kejadian tersebut berawal ketika letusan Vesuvius pada tahun 79 Masehi menimbulkan aliran piroklastik dan awan panas yang menghancurkan segala sesuatu di jalurnya. Ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini, termasuk ahli vulkanologi Guido Giordano, mencatat bahwa suhu yang dialami korban diperkirakan melebihi 510°C, diikuti oleh pendinginan yang sangat cepat. “Proses transformasi sesuatu yang cair menjadi kaca adalah pendinginan cepat, bukan pemanasan cepat,” ujar Giordano.
Proses vitrifikasi yang terjadi ini mengubah jaringan otak menjadi material mirip kaca, sebuah fenomena yang sangat jarang terjadi dalam jaringan organik. Hal ini memunculkan beberapa pertanyaan besar mengenai proses pembentukan kaca dalam konteks biologis dan bagaimana jaringan otak dapat bertahan dari kerusakan total, sehingga memungkinkan kaca terbentuk.
Para peneliti mendalami temuan ini dengan menganalisis sampel dari tengkorak dan sumsum tulang belakang korban. Mereka menemukan bahwa struktur tulang dan tengkorak kemungkinan telah melindungi otak dari kehancuran lebih lanjut, memungkinkan proses vitrifikasi terjadi. Dalam eksperimen ini, Giordano dan timnya secara sistematis memanaskan dan mendinginkan pecahan kaca yang diambil dari tengkorak dan tulang belakang, hingga memperoleh pemahaman tentang suhu ekstrem yang diperlukan untuk menyebabkan fenomena sebagaimana yang mereka temukan.
Menariknya, meskipun temuan ini diakui oleh banyak ilmuwan, tidak semua sepakat dengan kesimpulannya. Antropolog forensik, Alexandra Morton-Hayward, dari Oxford University, mengungkapkan keraguan mengenai proses vitrifikasi yang melibatkan jaringan lunak. Dia menegaskan bahwa zat berbentuk kaca tersebut mungkin bukan jaringan otak. Morton-Hayward menambahkan bahwa dia telah menyusun arsip yang berisi informasi unik tentang 4.405 otak yang telah digali oleh para arkeolog, menekankan bahwa temuan sebelumnya tidak menunjukkan indikasi serupa.
Ilmuwan lainnya, termasuk Giordano, tetap optimis terhadap temuan ini. Mereka berkeyakinan bahwa analisis yang lebih mendalam dapat mendukung klaim bahwa kaca tersebut memang berasal dari jaringan otak. Ada referensi bahwa neuron dan protein dapat ditemukan dalam sampel tersebut, yang memberikan bukti tambahan tentang keorganikan kaca tersebut.
Proses vitrifikasi yang terjadi dalam kasus ini menunjukkan betapa kuatnya kekuatan alam dalam membentuk realitas biologi yang kita pahami saat ini. Selain itu, penemuan ini memperkaya pengetahuan kita tentang reaksi jaringan organik terhadap suhu ekstrem, serta memberikan pandangan baru tentang kondisi yang menciptakan fenomena unik dalam sejarah manusia.
Sebagai catatan, analisis mendalam mengenai letusan Vesuvius dan dampaknya terhadap kehidupan di sekitarnya terus menjadi fokus penting dalam penelitian arkeologi dan vulkanologi. Penemuan-penemuan baru seperti ini menunjukkan bahwa meskipun banyak misteri yang belum terpecahkan, kemajuan ilmiah dan teknologi dapat membantu kita memahami lebih jauh tentang masa lalu kita, dan mungkin, tentang masa depan kita di planet yang sama ini.