Dalam bagian kedua ini, Iwan Fals bercerita tentang album terbarunya yang berjudul Pun Aku. Album ini menjadi penanda tersendiri dalam perjalanan karier Iwan Fals. Jika pada karya-karya terdahulunya Iwan Fals banyak terinspirasi orang-orang di sekitarnya (anak, dan istri), dalam album ini Iwan Fals menuangkan lebih banyak tentang dirinya sendiri.
Hampir setengah abad lalu, tepatnya pada tahun 1973, lahir sebuah album yang eksentrik berjudul Philosophy Gang. Album ini merupakan debut dari grup Harry Roesli Gang, dan dianggap sebagai salah satu album yang penting dalam sejarah musik modern Indonesia.
Philosophy Gang bisa dibilang album yang gila pada zamannya. Musik pada album ini eksploratif, liar, dan unik. Secara berani Harry Roesli Gang keluar dari pakem musik di industri era itu. Band ini juga secara implisit menyelipkan lirik-lirik kritis dan perlawanan pada pemerintah orde baru.
Satu dekade sudah Raisa berkarier terhitung dari album debut self-titled yang dirilis pada 2011. Perlahan tapi pasti, Raisa kini menggenggam tongkat estafet diva terbesar Indonesia.
Dalam wawancara ini, Raisa bercerita tentang sisi personalnya yang jarang diketahui. Mulai dari cerita masa kecil, diam-diam menulis novel, lagu yang tercipta saat naik ojek, sampai kecintaannya pada badminton.
Raisa juga mengungkapkan bagaimana dirinya menghadapi tuntutan untuk selalu tampil sempurna, dan bagaimana menjaga "kewarasan" di tengah itu semua. Di balik sorot lampu panggung, tepuk tangan ribuan penonton, pujian tak terhingga, dan label kesempurnaan hakiki, inilah sisi personal seorang Raisa.
Dalam wawancara eksklusif ini, VoB secara gamblang menceritakan perjuangan mereka untuk tetap hidup dari musik. Menambal kebutuhan sehari-hari dengan berjualan seblak, jadi pramuniaga toko sepatu, jualan kerudung, sampai bekerja mencabuti bulu ayam mereka jalani. Perjuangan itu tentu mereka barengi dengan komitmen bermusik yang membawanya pada mewujudkan mimpi-mimpi masa lalu.
Merayakan Hari Musik Nasional, kami kembali menelusuri salah satu penyanyi perempuan legendaris dari ranah jazz/pop kreatif. Sudah hampir 50 tahun Ermy Kullit eksis di industri musik Indonesia. Namanya hari ini mungkin terdengar asing, tapi kiprahnya sejak dekade 1970-an jangan ditanya. Ermy malang-melintang di Asia Tenggara sebagai penyanyi di berbagai klub eksekutif. Sampai hari ini, namanya bukan hanya top di Indonesia, tapi juga di Singapura dan Malaysia.
Masih dengan semangat yang sama, Ermy kini menjaga konsistensi dalam merilis karya. Beberapa waktu lalu dia merilis lagu baru berjudul "Melodi Asmara" yang diproduseri tim produser muda S/EEK (Marco Steffiano, Joshua David Kunze, Jessi Mates, Adrian Rahmat Purwanto).
Salah satu nama penting saat bicara sejarah musik rock di Indonesia adalah Sylvia Saartje. Pada era 1970-an, majalah musik Aktuil menahbiskan Sylvia sebagai Lady Rocker Pertama Indonesia.
Sylvia membuka jalan bagi para penyanyi rock perempuan era setelahnya. Menyibak tabir, melawan stigma, dan tetap percaya pada mimpi menjadi penyanyi rock perempuan meski pandangan sosial pada masa itu menganggap jalan yang dipilihnya sesuatu yang tak lazim, bahkan tabu. Selengkapnya...
Jika ada penyanyi yang mampu membawakan nyaris semua genre lagu dengan sangat baik, maka Hetty Koes Endang adalah sosoknya. Bunda Hetty, demikian Hetty Koes Endang kerap disapa, memiliki lebih dari 100 album dengan genre bermacam-macam. Dari pop, keroncong, dangdut, sampai lagu-lagu berbahasa daerah. Hetty Koes Endang adalah legenda hidup musik Indonesia. Mengawali karier dari festival ke festival, hingga sampai pada satu momen Bunda Hetty mampu mengalahkan band besar dunia Earth Wind & Fire pada sebuah festival musik di Amerika Selatan, tahun 1983. Dalam episode terbaru Shindu's Scoop, Bunda Hetty menceritakan perjalanan karier dan bagaimana bertahan selama lebih dari empat dekade di industri musik. Bahkan sampai detik ini masih aktif sebagai juri program kompetisi menyanyi di Malaysia. Selain itu, Bunda Hetty juga menceritakan beberapa kisah menarik dari karya-karyanya. Termasuk kolaborasi ikoniknya dengan almarhum Chrisye dalam lagu "Sayang."
Merayakan semarak The Papandayan Jazz Festival, Shindu's Scoop menghadirkan episode spesial Fariz RM. Dalam episode ini, Fariz bercerita tentang momen awal jatuh cinta dengan musik. Selain itu, Fariz juga blak-blakan mengulas album Sakura, Panggung Perak, dan menjawab proses kreatif di balik lahirnya album Hotel San Vicente dari grup musik yang dibentuknya, Transs.
Secara eksklusif Fariz juga mengakui keterlibatannya dengan narkoba, dan bagaimana akhirnya bisa lepas dari jerat candu yang sempat menyeretnya berkali-kali ke hotel prodeo.
Masih dalam rangkaian ulang tahun ke-empat Medcom.id, Shindu's Scoop mempersembahkan wawancara eksklusif Asido Rohana Panjaitan, personel Panbers terakhir yang tersisa hari ini. Secara gamblang Asido menceritakan perjalanan Panbers sebagai salah satu band terbesar dalam perjalanan industri musik Indonesia.
Drummer Panbers ini juga menceritakan proses kreatif di balik lagu-lagu Panbers, dari "Mr. Bloon" sampai membeberkan latar lokasi gereja dalam lagu ikonik "Gereja Tua." Asido juga menceritakan almarhum sang kakak yang juga pentolan Panbers, Benny Panjaitan, adalah sosok yang tak pernah patah hati. Hal ini cukup mengejutkan karena katalog lagu-lagu patah hati Panbers banyak diciptakan oleh Benny Panjaitan.
Sejak dekade 1950-an Bob sudah menapaki industri rekaman. Bahkan pada akhir 1960-an, Bob sempat mengadu nasib ke Amerika Serikat. Di Amerika, Bob berteman dengan sejumlah nama besar, dari Andy Williams, Al Jarreau, sampai dewa gitar Jimi Hendrix.
Dalam wawancara ini Bob bercerita tentang banyak hal, mulai dari kisah lolos dari kecelakaan maut yang merenggut nyawa seluruh bandnya di Amerika, satu studio dengan Jimi Hendrix, hingga cerita soal mega hit "Widuri" yang sebelumnya tidak masuk rencana album.
Bagi Ivanka, menggantikan posisi Bongky dalam tubuh Slank adalah sebuah beban yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.