Jakarta – Ketegangan kontrak Mohamed Salah di Liverpool semakin memuncak seiring dengan mendekatnya akhir musim. Salah satu pemain paling krusial di skuat The Reds, kontraknya bakal habis pada musim panas ini, yang membuat banyak pihak berspekulasi tentang masa depannya di Anfield. Menyikapi situasi ini, eks pemain legendaris Liverpool, John Barnes, mengingatkan klub agar mempertimbangkan dengan matang keputusan untuk memperpanjang kontrak Salah.
Musim ini, Salah menunjukkan performa yang sangat mengesankan dengan mencetak 25 gol dalam 33 penampilan di semua kompetisi. Ia bukan hanya menjadi pilar dalam pencetakan angka, namun juga menjadi simbol kekuatan serangan Liverpool. Namun, Barnes mengingatkan bahwa klub harus sangat hati-hati dalam merumuskan tawaran kontrak baru untuk Salah yang kini berusia 32 tahun.
"Dari apa yang kita lihat saat ini, Salah mungkin masih bisa tampil baik. Tetapi, kita perlu realistis, performanya bisa menurun dalam waktu dekat," ungkap Barnes. Pernyataannya tersebut mencerminkan kekhawatiran bahwa klub bisa terjebak dalam menciptakan kontrak jangka panjang yang tidak sebanding dengan kemampuan pemain tersebut di masa mendatang.
Dalam pandangannya, fakta bahwa Salah tidak lagi muda menjadi fokus utama. Berikut adalah beberapa alasan yang dapat mendasari kekhawatiran Barnes:
Usia Pemain: Salah saat ini berusia 32 tahun. Historis di dunia sepak bola menunjukkan bahwa pemain dalam posisi winger sering kali mengalami penurunan performa ketika mencapai usia tersebut.
Dampak di Lapangan: Barnes menekankan bahwa klub harus memikirkan dampak Salah dalam dua hingga tiga tahun ke depan. "Jika kami memberinya kontrak selama empat tahun berpikir bahwa ia akan terus menunjukkan performa terbaiknya, itu tidak realistis," tambahnya.
- Sejarah Pemain Besar: Barnes menyebutkan sejarah beberapa pemain besar Liverpool, seperti Kenny Dalglish dan Ian Rush, yang juga mengalami penurunan performa seiring berjalannya waktu. Ini menunjukkan bahwa keputusan klub harus berbasis pada data dan realita, bukan sekadar emosi atau nostalgia.
Liverpool berada dalam posisi yang sulit. Di satu sisi, Salah telah menjadi pemain kunci yang kritis bagi keberhasilan tim, tetapi di sisi lain, manajemen harus melakukan analisis yang lebih luas mengenai potensi penurunan performa saat kontrak baru dimulai. Jika tidak, klub mungkin akan terjebak dalam kontrak yang membebani keuangan tanpa imbalan yang sepadan di lapangan.
Selain itu, aspek finansial juga harus menjadi pertimbangan. Dengan semakin ketatnya persaingan di Liga Premier dan pertumbuhan di liga-liga Eropa lainnya, investasi besar dalam satu atau dua pemain mungkin bisa membatasi upaya klub untuk memperkuat tim secara keseluruhan.
Salah sendiri dituntut untuk terus menunjukkan tajinya, namun ia juga menyatakan ketertarikan untuk melanjutkan perjalanan kariernya di Liverpool. Ia mengungkapkan komitmennya untuk membantu tim meraih sukses. Namun, sikap pragmatis dari klub juga menjadi hal yang tidak bisa diabaikan.
Apakah Liverpool akan mengikuti jejak eks pemainnya dan bijak dalam menawarkan kontrak? Atau mereka akan mengambil risiko memperpanjang kontrak Salah dengan harapan bahwa performa terbaiknya akan tetap berlanjut? Keputusan ini bukan hanya berkaitan dengan Salah, tetapi juga masa depan klub secara keseluruhan. Dengan tantangan yang ada, keputusan mengenai masa depan Salah menjadi salah satu yang paling dinantikan oleh penggemar dan pengamat sepak bola.