Lonjakan Biaya Pendidikan di Atas Inflasi: Peluang Lirik Asuransi

Lonjakan biaya pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, melampaui angka inflasi nasional. Hal ini memunculkan peluang yang positif di sektor asuransi, terutama dalam produk asuransi pendidikan yang dapat memberikan perlindungan jangka panjang bagi orang tua dan anak.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi umum pada Maret 2025 tercatat sebesar 1,03% year on year (YoY). Namun, inflasi yang terkait dengan pendidikan justru mencapai 1,89% YoY, memberikan andil sebesar 0,11% terhadap inflasi umum. Kenaikan yang lebih tinggi ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak bagi orang tua untuk mulai merencanakan dana pendidikan sejak dini, mengingat biaya pendidikan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu.

Wianto Chen, CEO & President Director MSIG Life, menjelaskan bahwa kenaikan biaya pendidikan, terutama untuk pendidikan tinggi, menciptakan tantangan tersendiri. “Kenaikan biaya pendidikan tidak bisa diimbangi dengan return investasi yang biasa. Oleh karena itu, orang tua perlu menyisihkan dananya sejak awal, bahkan sejak anak lahir, agar memiliki waktu yang cukup untuk mengembangkan dana tersebut,” ungkapnya.

Namun, meskipun terdapat peluang yang menjanjikan dalam produk asuransi pendidikan, ada dua tantangan yang harus dihadapi. Pertama, tingkat kesadaran kelas menengah akan pentingnya perencanaan finansial masih tergolong rendah. Kedua, kepercayaan masyarakat terhadap produk asuransi, terutama asuransi yang terkait dengan investasi (PAYDI) masih perlu ditingkatkan.

Keunggulan dari perencanaan pendidikan menggunakan asuransi jiwa berjangka adalah manfaat uang pertanggungan yang bisa digunakan untuk biaya pendidikan jika orang tua (tertanggung) meninggal dunia. Selain itu, asuransi jiwa berjangka juga menawarkan return of premium yang lebih besar di akhir masa perlindungan dibanding total premi yang dibayarkan saat risiko tidak terjadi.

Sentimen pasar untuk asuransi pendidikan menunjukkan tanda-tanda positif. Survei yang dirilis oleh lembaga riset IFG Progress pada Maret 2025 menunjukkan bahwa 23,4% responden yang memiliki asuransi berencana untuk membeli asuransi tambahan dalam bentuk asuransi pendidikan. Alasan utama dari rencana pembelian ini adalah keinginan untuk mendapatkan perlindungan tambahan, yang dinyatakan oleh 46,2% responden. Menariknya, 67,2% responden yang belum memiliki asuransi juga menunjukkan kebutuhan perlindungan terhadap pendidikan di masa depan.

Merespons sentimen pasar yang positif ini, MSIG Life berkomitmen untuk melakukan inovasi pada produk-produk asuransi mereka. Salah satunya adalah Smile Ultima Term Life, yang memberikan perlindungan mendalam dengan manfaat uang pertanggungan untuk risiko meninggal dunia, perlindungan terhadap 10 penyakit kritis mayor, serta pengembalian premi hingga 140%.

Lain lagi dengan produk asuransi yang diperuntukkan bagi individu dengan kekayaan bersih tinggi (high net worth), produk PAYDI menjadi solusi menarik yang menawarkan kombinasi optimal antara perlindungan dan investasi. Nilai tunai yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk pembayaran perlindungan atau kebutuhan lainnya, termasuk pendidikan.

Berdasarkan informasi dari MSIG Life, portofolio asuransi yang memberikan proteksi pendidikan saat ini terdiri dari asuransi jiwa berjangka yang menyumbang 8% dan produk PAYDI yang juga sebesar 8%. Namun, pasar untuk produk PAYDI saat ini lebih tersegmentasi dan lebih menarik bagi nasabah high net worth yang memerlukan likuiditas, fleksibilitas, dan memiliki risiko yang lebih tinggi.

Dari catatan pertumbuhan yang menunjukkan produk asuransi jiwa berjangka mengalami peningkatan hingga 33% YoY pada Februari 2025, MSIG Life optimis bahwa prospek untuk produk tersebut akan tetap cerah. Melihat lonjakan biaya pendidikan yang jauh di atas inflasi, dapat diprediksi bahwa minat terhadap asuransi pendidikan akan terus berkembang, menjadi bagian penting dalam perencanaan keuangan jangka panjang bagi keluarga di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button