JAKARTA – Menjelang momen Ramadan dan Idulfitri 2025, angka pinjaman masyarakat dari lembaga nonbank diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Dengan meningkatnya kebutuhan finansial seiring mendekatnya hari raya, lembaga-lembaga seperti multifinance, P2P lending, dan platform paylater siap menghadapi lonjakan permintaan ini.
Proyeksi pertumbuhan kredit dari sektor multifinance diperkirakan mencapai antara 12% hingga 15% selama Ramadan. Namun, jika dilihat secara tahunan, pencapaian ini hanya akan menghasilkan pertumbuhan industri pembiayaan sekitar 8%. Praktisi dan pengamat industri pembiayaan, Jodjana Jody, menegaskan bahwa kenaikan ini merupakan fenomena musiman yang selalu terjadi menjelang Lebaran. “Setelah Ramadan berakhir, cenderung terjadi perlambatan dalam pembiayaan,” ujar Jody, yang dihubungi oleh Bisnis pada Rabu (12/3).
Kenaikan permintaan ini beriringan dengan pertumbuhan industri otomotif yang sempat tertekan pada awal tahun, namun kembali menunjukkan performa baik pada Februari 2025. Penjualan mobil secara wholesales tercatat meningkat 2,2% tahun-ke-tahun (YoY) menjadi 72.295 unit pada bulan tersebut. Jody mencatat bahwa segmen mobil kategori Low Cost Green Car (LCGC) tetap menjadi tantangan, mengingat sensitivitas konsumen terhadap uang muka dan profil risiko yang lebih tinggi.
Momentum Lebaran juga menjadi katalis bagi peningkatan pertumbuhan pinjaman di layanan pinjam online (pinjol) seperti P2P lending dan buy now pay later (BNPL). Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menjelaskan peningkatan permintaan kredit saat mendekati Lebaran, di mana masyarakat membutuhkan dana untuk mudik dan berwisata.
“Dulu masyarakat mungkin berutang kepada tetangga atau keluarga, sekarang beralih kepada platform pembiayaan berbasis teknologi seperti pinjol dan BNPL,” tutur Huda. Namun, ia juga mengingatkan potensi risiko meningkatnya kredit macet, terutama setelah Lebaran ketika pembayaran tunggakan biasanya akan meningkat. “Penting bagi masyarakat untuk bijak dalam mempertimbangkan pinjaman ini agar tidak menambah beban finansial,” tegasnya.
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengestimasi bahwa penyaluran pinjaman online menjelang Lebaran 2025 akan mengalami pertumbuhan sekitar 10% dibandingkan tahun lalu. Pada momen Lebaran 2024, outstanding pembiayaan P2P lending tumbuh 24,16% YoY menjadi Rp62,74 triliun.
Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, P2P lending juga diperkirakan akan memiliki lonjakan permintaan yang serupa dengan tahun lalu, meskipun industri tidak melakukan penggelontoran stimulus seperti promo. “Meskipun ada peningkatan permintaan, kami tetap berwaspada akan risiko yang mungkin terjadi setelah Lebaran, termasuk meningkatnya Non Performing Loan (NPL),” jelasnya.
Di tengah kondisi ini, langkah-langkah untuk menjaga kualitas portofolio pembiayaan menjadi semakin penting. Jodjana menekankan perlunya penerapan protokol risiko yang ketat oleh perusahaan multifinance untuk mempertahankan kualitas pinjaman yang dikeluarkan. “Jika kualitas NPL tetap baik, perusahaan multifinance akan lebih agresif dalam mendukung penjualan LCGC, yang memiliki pangsa pasar sekitar 20% dari total pasar otomotif nasional,” imbuhnya.
Dengan meningkatnya tren pinjaman menjelang Lebaran, masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dalam mengajukan pinjaman. Hal ini penting agar tidak terjebak dalam utang yang sulit dilunasi setelah perayaan. Pada akhirnya, bijak dalam berutang dan cerdas dalam mengelola keuangan menjadi kunci untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran, tanpa harus berkompromi dengan stabilitas finansial di masa depan.