Teknologi

Lubang Besar di Matahari: Ancaman Badai Februari 2025!

Dua lubang koronal besar yang terdeteksi di permukaan Matahari diprediksi akan mempengaruhi cuaca luar angkasa, dengan potensi dampak bagi Bumi pada awal Februari 2025. Citra terbaru dari NOAA menunjukkan dua area di permukaan Matahari yang memiliki cadangan plasma minimal, yang memungkinkan angin matahari keluar dengan kecepatan tinggi. Peneliti di Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC) NOAA sedang memantau baik lubang koronal di Belahan Bumi Utara maupun Belahan Bumi Selatan.

Shawn Dahl, koordinator layanan di SWPC NOAA, menyatakan bahwa kedua lubang koronal tersebut diperkirakan akan memicu lingkungan angin matahari yang lebih kuat dan tidak stabil mulai awal Februari. Model prediksi menunjukkan bahwa lubang koronal di Belahan Bumi Utara akan memberikan dampak yang lebih signifikan dibandingkan dengan yang ada di Selatan.

Fenomena ini dikenal dengan sebutan aliran berkecepatan tinggi dari lubang koronal (CH HSS), yang dapat memicu peristiwa cuaca luar angkasa di Bumi, termasuk munculnya Cahaya Utara (Aurora Borealis) di sejumlah wilayah. SWPC NOAA mengklasifikasikan badai matahari dalam lima tingkat, dari level satu hingga lima, dengan level lima merupakan kondisi cuaca luar angkasa paling ekstrem dan langka.

Adapun perkiraan terbaru menunjukkan bahwa antara tanggal 1 hingga 3 Februari 2025, kondisi aktif berpotensi mendekati skala G1, yaitu badai geomagnetik tingkat pertama. Jika aliran koronal berkecepatan tinggi ini menghantam Bumi, maka akan ada kemungkinan terjadinya badai geomagnetik kecil kategori G1. Fenomena ini berpotensi membuat Cahaya Utara dapat terlihat di beberapa wilayah utara, termasuk di bagian Upper Midwest Amerika Serikat.

Namun, penting untuk dicatat bahwa badai kategori G1 umumnya tidak menimbulkan gangguan signifikan terhadap aktivitas manusia. Meskipun demikian, dampak dari badai geomagnetik kecil ini dapat mempengaruhi sistem komunikasi radio, navigasi satelit, dan juga jaringan listrik di beberapa daerah. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan memantau perkembangan terbaru dari NOAA dan SWPC mengenai potensi dampak badai matahari ini.

Para ilmuwan dan peneliti akan terus melakukan pemantauan dan penelitian lebih lanjut mengenai kedua lubang koronal ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang dampaknya. Dengan kemajuan teknologi pengamatan luar angkasa yang terus berkembang, diharapkan bisa memberikan prediksi yang lebih akurat dan meminimalisir dampak negatif bagi kehidupan di Bumi.

Di tengah ketidakpastian cuaca luar angkasa, masyarakat diharapkan dapat mengakses informasi terbaru terkait fenomena ini dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Kesiapsiagaan masyarakat serta sosialisasi yang tepat akan sangat penting untuk menghadapi potensi dampak dari badai geomagnetik yang dapat terjadi akibat lubang koronal di Matahari tersebut. Tetap ikuti informasi dari sumber yang terpercaya untuk mengetahui perkembangan terbaru mengenai situasi ini.

Dimas Harsono adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button