Marissya Icha, seorang selebgram terkenal, baru-baru ini menjadi sorotan setelah mengunggah konten yang menyinggung isu pengoplosan bahan bakar Pertalite menjadi Pertamax. Konten tersebut diunggah saat Icha melakukan pengisian BBM di salah satu SPBU, di mana ia secara khusus memilih Pertamax untuk memastikan keasliannya. Namun, alih-alih mendapat dukungan dari publik, video tersebut justru memicu kontroversi dan teguran dari warganet.
Dalam video yang diunggahnya, Marissya Icha menuliskan "POV: Trust Issue Sama Negara Sendiri," yang mengisyaratkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kualitas bahan bakar yang beredar. Ia juga menyisipkan judul berita yang menyebutkan bahwa Direktur Utama Pertamina Patra Niaga telah menjadi tersangka dalam kasus korupsi terkait oplos bahan bakar, dengan kerugian mencapai Rp193 triliun. Dengan cara ini, Icha mencoba menyerukan perhatian terhadap isu serius yang tengah hangat dibicarakan oleh publik.
Di dalam video, Icha terlihat mempertanyakan keaslian Pertamax yang ia beli seharga Rp800 ribu. Ia bercanda kepada pegawai SPBU dengan menanyakan apakah Pertamax tersebut benar-benar asli atau hanya Pertalite yang dimodifikasi. Pegawai SPBU itu menjelaskan bahwa perbedaan antara Pertalite dan Pertamax terletak pada angka RON, di mana Pertalite memiliki RON 90 sementara Pertamax memiliki RON 92. Warna keduanya juga menjadi pembeda, dengan Pertalite berwarna hijau dan Pertamax berwarna biru.
Menariknya, meskipun konten tersebut dimaksudkan sebagai sindiran terhadap masalah pengoplosan bahan bakar, reaksi yang diterima Marissya Icha bervariasi. Sejumlah warganet memberikan kritik karena dianggap melanggar aturan pengambilan gambar di area pengisian bahan bakar. Beberapa bahkan menanyakan kepatuhan terhadap regulasi yang ada di lokasi tersebut, seperti, "Kok direkam ya? Bukannya nggak boleh ya main HP atau pake kamera di pom?"
Peringatan ini diikuti dengan pernyataan dari pengguna media sosial lainnya yang curiga bahwa Marissya Icha sebenarnya adalah buzzer yang berusaha menyangkal isu pengoplosan. "Aku curiga dia buzzer. Sekarang muncul banyak video yang menyangkal isu bahwa selama ini Pertamax yang beredar itu bukan oplosan," tulis salah satu komentar di kolom diskusi.
Berikut adalah beberapa tanggapan menarik dari warganet terkait konten Marissya Icha:
- Kritik mengenai aturan keamanan: Banyak yang mempertanyakan tindakan Icha mengunggah video di area SPBU, yang dianggap tidak aman.
- Kecurigaan sebagai buzzer: Sebagian pengguna menuduh Icha berperan sebagai buzzer untuk meredam isu yang ada terkait pengoplosan bahan bakar.
- Dukungan dan sindiran: Meskipun terdapat kritikan, beberapa warganet juga memberikan dukungan terhadap cara Icha dalam menyampaikan pesan.
Kontroversi ini semakin menyoroti bagaimana media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan opini dan sindiran, terutama mengenai isu-isu penting yang menyangkut masyarakat. Marissya Icha, dengan gaya khasnya, berhasil menarik perhatian publik, meski tidak semuanya positif. Ia mungkin harus lebih berhati-hati dalam menyampaikan pendapatnya ke depan, terutama mengenai isu sensitif yang melibatkan sektor publik dan keamanan.
Dalam hal ini, kasus Marissya Icha menjadi contoh yang menarik tentang bagaimana selebgram dapat mempengaruhi diskusi publik. Namun, ia juga harus siap menerima konsekuensi dari setiap tindakan yang diambil di platform media sosial. Kontroversi ini menunjukkan bahwa meskipun niatnya mungkin positif, respons dari publik tidak selalu dapat diprediksi, terutama dalam situasi yang melibatkan isu sensitif dan berpotensi kontroversial.