Dunia

Mayoritas Agama di Turkmenistan dan Kebijakan Energi Gratis

Turkmenistan, negara yang terletak di kawasan Asia Tengah, memiliki sejarah unik dalam kebijakan sosialnya, termasuk gratifikasi gas dan listrik untuk rakyatnya. Sejak tahun 1993, saat Presiden pertama, Saparmurat Niyazov, menerapkan kebijakan tersebut, warga Turkmenistan dapat menikmati akses gratis terhadap sumber daya penting ini. Kebijakan ini berlanjut selama sekitar 25 tahun hingga awal 2019, ketika penerus Niyazov, Gurbanguly Berdymukhamedov, memutuskan untuk menghentikannya karena berbagai pertimbangan. Masyarakat Turkmenistan, yang diperkirakan memiliki populasi lebih dari enam juta jiwa, kini dihadapkan pada tantangan baru dalam pengelolaan sumber daya.

Mayoritas penduduk Turkmenistan adalah penganut Islam, yang mengantongi sekitar 93% dari total populasi. Islam di Turkmenistan sebagian besar diwakili oleh aliran Sunni, sementara ada pula komunitas Muslim Syiah yang terdiri dari etnis seperti Iran, Azeri, dan Kurdi. Mereka tersebar di berbagai daerah, termasuk Ashgabat dan sepanjang perbatasan dengan Iran serta di kota pelabuhan Turkmenbashi.

Selain Islam, terdapat sejumlah agama lain yang dianut oleh sebagian kecil masyarakat. Berikut adalah rincian mengenai sebaran agama di Turkmenistan:

  1. Islam: 93% dari populasi

    • Sunni: mayoritas penganut
    • Syiah: komunitas kecil, terutama etnis Iran, Azeri, dan Kurdi.
  2. Kristen: 6,4%

    • Ortodoks Timur: aliran terbesar dalam komunitas Kristen.
    • Katolik Roma dan Protestan: juga terwakili, meskipun lebih kecil.
  3. Agama lain: kurang dari 1%
    • Yahudi: diperkirakan terdapat sekitar 200 pemeluk Yahudi di Turkmenistan.
    • Buddha dan kepercayaan tradisional: termasuk dalam kategori minoritas lainnya.

Kehidupan beragama di Turkmenistan sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintahan. Meskipun negara ini memiliki mayoritas Muslim, pemerintah cenderung mengatur praktik beragama, terutama Islam, untuk mencegah ekstremisme dan mempertahankan stabilitas sosial. Dengan latar belakang sejarah sebagai bagian dari Uni Soviet, negara ini juga menunjukkan bagaimana warisan komunisme masih berpengaruh dalam struktural pemerintahan dan kebebasan beragama.

Kebijakan gas dan listrik gratis yang diprakarsai Niyazov selama dua dekade lebih, menjadi salah satu ciri khas ekonomi Turkmenistan yang unik. Namun, keputusan pemerintahan untuk menghentikan program ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Beberapa warga mengeluhkan perubahan tersebut, mengingat betapa pentingnya akses terhadap sumber daya ini bagi kehidupan sehari-hari. Turkmenistan kini musti merumuskan kebijakan baru dalam menghadapi tantangan sosial dan ekonomi masa depan, termasuk pemanfaatan sumber daya alam dan kesejahteraan rakyat.

Negara ini memiliki potensi besar berkat cadangan gas alam yang melimpah. Namun, pemanfaatan sumber daya tersebut secara efektif harus diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat dan akses terhadap layanan publik yang lebih baik. Keberanian pemerintah untuk menggratiskan gas dan listrik di masa lalu menunjukkan komitmen untuk mendukung kebutuhan dasar masyarakat, tetapi tantangan baru kini menguji kesejahteraan rakyat.

Dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam dan keberadaan komponen agama lainnya, Turkmenistan tetap menjadi negara yang menarik untuk ditelusuri. Kebijakan pengelolaan sumber daya dan keberagaman agama akan menentukan arah pembangunan sosial dan ekonomi di negara ini ke depan. Pembaca dapat mengamati perkembangan lebih lanjut mengenai dinamika keagamaan dan kebijakan sosial ekonomi di Turkmenistan, yang menjadi refleksi dari interaksi kompleks antara agama, pemerintahan, dan masyarakat.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button