VATIKAN, Podme – Dalam momen yang penuh makna, Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, mengadakan pertemuan dengan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore, di Vatikan pada Senin, 3 Februari 2025, di sela-sela World Leaders Summit on Children’s Rights. Dalam diskusi yang diwarnai keprihatinan serta harapan, keduanya membahas kebakaran besar yang baru-baru ini menghanguskan berbagai area di Los Angeles.
Dalam perbincangan tersebut, Megawati didampingi oleh delegasi Indonesia yang terdiri dari putrinya, Puan Maharani, yang juga menjabat sebagai Ketua DPR, putranya Mohammad Rizki Pratama, serta Duta Besar Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Miswari. Megawati membuka dialog dengan menanyakan secara langsung kepada Al Gore mengenai penyebab dan dampak kebakaran yang melanda California Selatan.
"Bisa Bapak ceritakan bagaimana kejadian kebakaran di Los Angeles itu terjadi?" tanyanya, mengundang penjelasan dari Gore, yang dikenal sebagai penerima Nobel Perdamaian 2007 atas upayanya dalam isu perubahan iklim. Al Gore, yang telah menjadi aktivis iklim terkemuka, menjelaskan bahwa kondisi cuaca memungkinkan terjadinya kebakaran tersebut.
Kondisi Cuaca Buruk: Al Gore mengungkapkan bahwa kekeringan yang berkepanjangan dan hujan yang lama tidak turun menjadi pemicu utama dari kebakaran besar tersebut. Ia menekankan fakta bahwa masalah ini bukan hanya lokal, tetapi menjadi isu global yang perlu ditangani secara serius.
- Dampak Kebakaran: Kebakaran yang melanda Los Angeles merupakan masalah yang sangat besar dan berbahaya. Keterbatasan sistem air untuk memadamkan api semakin memperburuk situasi, menyebabkan dampak yang luas bagi masyarakat dan lingkungan.
Selain membahas kebakaran, Megawati dan Al Gore juga mengangkat tema penting mengenai kebangkitan kesadaran akan perubahan iklim. Megawati mengacu pada pidato-pidatonya yang menyerukan perlunya tindakan kolektif untuk menyelamatkan lingkungan dan anak-anak di seluruh dunia. "Saya mengapresiasi upaya Anda dalam isu ini," tutur Al Gore, memberikan pengakuan terhadap komitmen Megawati yang sudah dikenal luas.
Keduanya juga berkesempatan membahas perihal keluarnya Amerika Serikat dari Perjanjian Paris, yang mengatur berbagai upaya internasional dalam mengatasi perubahan iklim. Dalam konteks ini, Al Gore menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan Megawati tidak akan mengambil langkah mundur. "Saya langsung bilang, saya kenal Presiden Megawati, itu yang tidak akan terjadi," ungkapnya, menekankan pentingnya komitmen Indonesia terhadap perjanjian tersebut.
- Perjanjian Paris: Perjanjian ini, yang diadopsi oleh 196 pihak pada COP21 di Paris, menjadi acuan utama dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Indonesia, yang telah meratifikasi perjanjian tersebut melalui UU Nomor 16 Tahun 2016, diharapkan dapat terus berkontributif dalam upaya global ini.
Di akhir perbincangan, Megawati mengundang Al Gore untuk datang ke Jakarta dan berdialog lebih jauh mengenai isu-isu yang berhubungan dengan riset dan inovasi dalam konteks perubahan iklim. "Saya saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional. Saya mengundang Bapak untuk hadir dan berdialog dengan kami di Jakarta," kata Megawati. Al Gore pun menunjukkan antusiasme untuk memenuhi undangan tersebut.
Usai perbincangan yang penuh arti ini, momen ringan terjadi ketika Puan Maharani meminta waktu kepada Al Gore untuk berfoto bersama. Megawati terlihat tersenyum melihat interaksi positif antara anaknya dan mantan wakil presiden AS tersebut.
Pertemuan ini tidak hanya menggambarkan kolaborasi antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam isu perubahan iklim tetapi juga menyoroti pentingnya kesadaran global terhadap tantangan yang dihadapi dunia saat ini. Diskusi ini menjadi pengingat akan peran vital pemimpin dunia dalam merespons krisis lingkungan yang semakin mendesak.