Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah Lebanon, yang telah berlaku sejak 27 November 2024, kini semakin rapuh. Dalam beberapa minggu terakhir, Tentara Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan telah melakukan 15 pelanggaran baru, yang menambah total pelanggaran menjadi 823 sejak kesepakatan gencatan senjata tersebut. Laporan ini dikemukakan oleh kantor berita Anadolu berdasarkan informasi dari Kantor Berita Nasional Lebanon.
Pelanggaran-pelanggaran tersebut mencerminkan situasi yang semakin tegang di wilayah perbatasan. Di antara lokasi-lokasi yang terdampak adalah Marjayoun, Bint Jbeil, Hasbaya, dan distrik Tyre di Provinsi Nabatieh, Lebanon selatan. Salah satu insiden yang mencolok adalah ketika dua warga sipil mengalami luka ringan akibat serangan pesawat nirawak Israel yang menjatuhkan bom di dekat sepeda motor mereka di desa Tallouseh.
Pesawat nirawak Israel juga menargetkan tim penyelamat Pertahanan Sipil Lebanon di desa Taybeh, yang sedang berupaya mencari orang yang hilang di bawah reruntuhan. Tindakan ini menunjukkan bahwa pelanggaran tidak hanya menargetkan infrastruktur militer, tetapi juga menyasar warga sipil dan layanan kemanusiaan.
Berikut adalah deretan tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Israel sejak gencatan senjata:
- Serangan Udara: Pesawat nirawak Israel menjatuhkan bom di dekat pemukiman sipil.
- Penembakan Warga Sipil: Tentara Israel menembaki warga sipil yang sedang memeriksa peternakan mereka, menambah ketakutan di kalangan penduduk lokal.
- Penghancuran Rumah: Militer Israel melakukan operasi penghancuran dengan buldoser di beberapa desa, termasuk Dhayra dan Al-Bustan, yang semakin memperburuk keadaan warga sipil yang terpaksa mengungsi.
- Pelebaran Konflik: Israel meluncurkan bom suar di desa Al-Aadaissah dan rudal anti pesawat di atas desa Majdal Zoun. Hal ini menunjukkan bahwa aksi militer Israel tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan.
- Kekerasan Terhadap Infrastruktur Lokal: Pembakaran peternakan ayam di dekat desa Deir Mimas merupakan salah satu contoh tindakan yang merusak sumber kehidupan masyarakat.
Dari laporan terakhir, diketahui bahwa terdapat 26 orang tewas dan 221 lainnya mengalami luka-luka akibat tembakan sejak 26 Januari 2025. Korban banyak berasal dari penduduk yang berusaha kembali ke rumah mereka di Lebanon selatan, menunjukkan dampak langsung konflik terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat sipil.
Gencatan senjata yang seharusnya menjadi solusi untuk mengakhiri periode saling tembak antara Israel dan Hizbullah, yang dimulai pada 8 Oktober 2023, kini justru menjadi sebuah kesepakatan yang lemah. Menurut informasi dari pihak AS, Israel dan Lebanon sepakat untuk memperpanjang batas waktu gencatan senjata hingga 18 Februari mendatang. Namun, perilaku agresif Israel selama periode ini menambah keprihatinan mengenai masa depan perjanjian yang telah ada.
Konflik yang berkepanjangan ini telah menyebabkan lebih dari 4.080 orang tewas di Lebanon, termasuk perempuan dan anak-anak, serta banyaknya korban luka yang melibatkan petugas kesehatan. Kementerian Kesehatan Lebanon mencatat bahwa serangan Israel dimulai sejak tahun 2023 dan terus menerus mengalami escalasi.
Dengan pelanggaran-pelanggaran yang semakin meningkat dan ketidakpastian mengenai masa depan gencatan senjata, situasi di perbatasan Lebanon-Israel terus memanas. Ini adalah tantangan besar bagi diplomasi internasional untuk menemukan solusi permanen di tengah ketegangan yang terus berlanjut.