
Aplikasi investasi WPONE, yang saat ini mengklaim sedang mempersiapkan pendaftaran Initial Public Offering (IPO) di bursa saham Amerika NASDAQ pada 14 Maret 2025, ternyata terkuak sebagai aplikasi penipuan yang memanfaatkan kepercayaan masyarakat untuk meraup keuntungan. Informasi ini mencuat setelah banyak influencer media sosial membagikan bukti-bukti yang menggugurkan klaim WPONE, serta membongkar praktik penipuan yang ada di dalamnya.
Bukti pertama yang diungkap adalah mengenai website resmi aplikasi tersebut. WPONE telah dipromosikan sebagai aplikasi yang resmi karena terdaftar di Google Play Store. Namun, setelah diunduh, pengguna diarahkan untuk mengakses situs web perusahaan yang hanya memuat spesifikasi teknis aplikasinya, tanpa menjelaskan aspek penting lainnya. Hal ini menimbulkan kecurigaan di kalangan pengguna bahwa website tersebut tidak lebih dari sekadar kedok untuk menutupi penipuan.
Selanjutnya, strategi market plan yang diusung WPONE sangat mirip dengan aplikasi pendahulunya, Smart Wallet, yang telah dinyatakan scam sebelumnya. WPONE mengklaim bahwa keuntungan diperoleh dari selisih nilai tukar cryptocurrency. Namun, realitasnya menunjukkan bahwa keuntungan yang diberikan kepada anggota tidak berasal dari perdagangan kripto, melainkan dari deposito anggota baru yang masuk. Ini menandakan adanya struktur skema ponzi yang sering kali berujung pada kerugian besar bagi para investornya.
Dalam menjaga keberlangsungan operasinya, WPONE dilaporkan menerapkan berbagai kebijakan tidak transparan. Salah satunya, jika seorang anggota ingin menarik dana, mereka harus melakukan top up sebesar saldo yang dimiliki, yang jelas sangat merugikan. Misal, jika seseorang memiliki saldo Rp10 juta, mereka harus menambahkan lagi Rp10 juta untuk bisa menarik dana tersebut. Ini jelas menjadi tanda tanya besar mengenai niat baik dari aplikasi ini.
Aspirasi untuk terdaftar di NASDAQ, menurut banyak analis, kemungkinan besar hanya strategi untuk memperpanjang waktu dan memberikan harapan palsu kepada para anggotanya. Hal ini didukung oleh keterangan dari Channel YouTube Bang Patrol, yang menunjukkan bahwa manajemen WPONE, termasuk CEO-nya, Lennon Rudolph, memiliki catatan buram dalam dunia investasi. Dalam pengungkapan tersebut, terungkap bahwa nama Lennon Rudolph telah mendaftarkan banyak perusahaan keuangan, yang sebagian besar diduga tidak beroperasi dengan baik dan berpotensi adalah perusahaan fiktif.
Identitas CEO menjadi sorotan lebih lanjut setelah muncul video yang menunjukkan Lennor Rudolph berbicara tentang rencana IPO. Namun, penyelidikan lebih jauh mengindikasikan bahwa banyak dari pencatatan perusahaan-perusahaan oleh Rudolph berhubungan dengan modus penipuan yang serupa. Ini memberikan tamparan keras bagi para pengguna yang masih berharap mengalami keuntungan melalui investasi di WPONE.
Peringatan juga diberikan kepada anggota yang masih percaya dan melanjutkan deposit, bahwa risiko kerugian akan semakin besar. Banyak orang dikabarkan sudah mengalami kerugian semenjak aplikasi ini beroperasi, dengan anggota yang tidak aktif merekrut orang lain tidak akan mendapatkan keuntungan, bahkan beberapa sudah tidak dapat melakukan penarikan.
Informasi ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para calon investor, terutama di sektor fintech yang kian menjamur. Penting untuk melakukan riset menyeluruh sebelum terlibat dalam investasi apapun, terutama aplikasi yang menjanjikan keuntungan terlalu tinggi dengan risiko rendah. Keberadaan skema ponzi dalam aplikasi seperti WPONE mempertegas perlunya pengawasan ketat dari otoritas yang berwenang agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.