Meme Trump dan Penguin Viral Usai AS Tarif Pulau Tak Berpenduduk

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah mengumumkan penerapan tarif resiprosikal yang menargetkan pulau terpencil yang hanya dihuni oleh spesies penguin. Keputusan ini, yang diumumkan pada 2 April, tidak hanya mengundang kritik dari berbagai negara, tetapi juga memicu fenomena meme yang viral di platform media sosial.

Meme-meme tersebut mengekspresikan keheranan dan lelucon mengenai tarif yang dikenakan pada pulau tanpa manusia tersebut. Salah satu meme yang banyak dibagikan menunjukkan seekor penguin menggantikan pemimpin Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Ruang Oval, Gedung Putih, dalam konteks pertikaian baru-baru ini antara Trump dan Wakil Presiden J.D. Vance. Meme lain menunjukkan Ibu Negara, Melania Trump, menatap penguin kaisar, yang menggantikan mantan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, dengan ekspresi curiga dari Trump.

Keputusan untuk mengenakan tarif, termasuk tarif sebesar 10 persen pada semua ekspor dari Kepulauan Heard dan McDonald—sebuah wilayah Australia sub-Antartika yang tidak berpenduduk—telah membingungkan banyak pihak. Tarik ulur ini terjadi di tengah pengumuman tarif global yang tidak hanya menyasar negara-negara rival AS, tetapi juga mitra-mitra dekatnya seperti Uni Eropa dan Australia.

Beberapa tokoh politik juga mengungkapkan pandangan mereka mengenai tarif ini. Anthony Scaramucci, mantan kepala komunikasi Trump, menggambarkan penguin sebagai “penipu” yang telah mengecoh AS selama bertahun-tahun. Sementara itu, pemimpin Senat Demokrat, Chuck Schumer, menyoroti ketidaklogisan keputusan itu dengan menyatakan bahwa Trump mengenakan tarif pada penguin, padahal Rusia yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin tidak termasuk dalam daftar sasaran tarif.

Gedung Putih berargumen bahwa sanksi terhadap Rusia terkait perang yang berlangsung membuat tidak ada perdagangan “berarti” yang dapat dikenakan tarif. Namun, kebingungan semakin meningkat dengan tarif 29 persen yang dikenakan pada Pulau Norfolk, wilayah Australia kecil di Pasifik yang dihuni oleh sekitar 2.000 orang.

Ketidakpahaman ini menambah keruwetan situasi, di mana Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyatakan keraguan bahwa Pulau Norfolk dapat menjadi pesaing dagang bagi ekonomi besar seperti AS. Selain itu, Kepulauan Falkland—terkenal karena perang tahun 1982 antara Inggris dan Argentina serta rumah bagi satu juta penguin—juga terkena dampak, dengan ekspor dikenakan tarif sebesar 41 persen.

Meski munculnya meme-meme viral menciptakan suasana humor di tengah kebingungan, dampak dari tarif ini tidak bisa diabaikan. Pasar saham AS mengalami penurunan terbesar sejak awal pandemi Covid-19 pada 2020, dengan nilai saham yang hilang mencapai triliunan dolar. Ini menunjukkan bahwa keputusan kebijakan luar negeri dan perdagangan yang diambil pemimpin negara dapat memiliki konsekuensi jauh lebih besar daripada sekadar guyonan di media sosial.

Sebagai catatan, pengumuman tarif ini menambahkan satu lagi lapisan kompleksitas dalam hubungan internasional AS, yang kini harus berhadapan dengan tidak hanya tantangan politik tetapi juga respons publik yang tidak terduga melalui sarana digital. Meskipun meme dan lelucon dapat memberikan hiburan, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh tarif ini akan terus menjadi sorotan di kalangan ekonom dan analis politik.

Berita Terkait

Back to top button