Sains

Menelusuri Asal-usul Kue Keranjang, Primadona Imlek yang Legendaris

Kue keranjang telah menjadi salah satu makanan ikonik yang tak terpisahkan dari perayaan Imlek. Dengan rasa manis dan tekstur kenyalnya, kue ini selalu hadir di meja sajian saat merayakan tahun baru menurut kalender lunar. Namun, tahukah Anda asal usul dari Kue Keranjang yang kini menjadi primadona dalam tradisi ini?

Kue keranjang, yang juga dikenal dengan sebutan kue bakul, dodol Tionghoa, atau dodol Cina, memiliki akar sejarah yang kaya dan penuh makna. Dalam bahasa Mandarin, kue ini dikenal sebagai nián go (年糕) dan dalam bahasa Hokkien disebut ti-kóe (糕). Nama tersebut berasal dari tradisi cetak yang menggunakan keranjang rotan kecil, di mana makanan manis ini disiapkan dan disuguhkan.

Komposisi dasar kue keranjang terdiri dari tepung ketan dan gula, yang menciptakan tekstur lengket dan kenyal yang menjadi ciri khasnya. Rasa manis dan tekstur yang unik ini membuat kue keranjang bukan hanya sekadar camilan, tetapi juga menjadi bagian penting dari berbagai upacara. Kue ini biasanya disajikan dalam acara sembahyang leluhur, pada tujuh hari menjelang tahun baru Imlek, dan puncaknya pada malam menjelang perayaan tersebut. Menariknya, dalam tradisi, kue keranjang tidak akan dimakan hingga Cap Go Meh, yang merupakan perayaan malam ke-15 setelah tahun baru.

Lebih dari sekadar makanan, kue keranjang memiliki cerita mitologis yang menyertainya. Konon, kue ini diciptakan untuk dihidangkan kepada dewa Tungku (Cau Kun Kong) dengan harapan bahwa dewa tersebut akan membawa laporan yang positif kepada raja Surga (Giok Hong Siang Te). Dalam konteks ini, bentuk kue keranjang yang bulat melambangkan persatuan dan kerukunan dalam keluarga, harapan agar saat memasuki tahun baru, semua anggota keluarga tetap bersatu dan kuat menghadapi tantangan mendatang.

Beberapa filosofi mendalam terkandung dalam setiap penyajian kue keranjang. Kue ini tidak hanya dianggap sebagai makanan, tetapi juga sewaktu disajikan dan dimakan, diiringi dengan berbagai doa dan harapan kelancaran serta ketinggian dalam meraih cita-cita. Dalam bahasa Cina, istilah niangao (年糕) berarti "kue" dan "gao" atau tinggi, yang memiliki pengucapan mirip dengan frasa yang berarti "tahun yang tinggi". Hal ini menjelaskan mengapa kue keranjang selalu hadir dalam perayaan Tahun Baru Imlek, sebagai simbol harapan untuk pencapaian yang lebih tinggi di tahun mendatang.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai Kue Keranjang yang perlu Anda ketahui:

  1. Asal Usul Nama: Nama ‘kue keranjang’ berasal dari cara tradisional mencetak kue ini menggunakan keranjang rotan.
  2. Bahan Dasar: Kue ini terbuat dari tepung ketan dan gula, yang memberikan rasa manis dan tekstur kenyal.
  3. Tradisi Penyajian: Kue keranjang disajikan dalam berbagai upacara, termasuk sembahyang leluhur dan perayaan tahun baru.
  4. Makna Filosofis: Kue ini melambangkan persatuan dan harapan untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi.
  5. Mitos di Balik Kue: Kue keranjang awalnya dibuat untuk menyenangkan dewa dan sebagai simbol laporan yang baik.

Seiring berjalannya waktu, kue keranjang telah menjadi lebih dari sekadar makanan tradisional; ia menjadi simbol kebersamaan, harapan, dan Doa bagi banyak orang yang merayakan Imlek. Sepertinya, pengetahuan tentang kue keranjang semakin padat dan berharga, seiring dengan tradisi dan sejarah yang menyertainya. Penikmat hingga generasi berikutnya akan terus menyimpan dan melestarikan berbagai makna yang terkandung dalam hidangan ini. Dalam setiap gigitan kue keranjang, terdapat seuntai harapan dan doa yang terikat dalam setiap lembar tradisi yang ada.

Maya Putri adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button