![Menelusuri Sejarah Hari Valentine yang Diperingati 14 Februari](https://podme.id/wp-content/uploads/2025/02/Menelusuri-Sejarah-Hari-Valentine-yang-Diperingati-14-Februari.jpg)
Hari Valentine yang diperingati setiap tanggal 14 Februari merupakan momen yang banyak dikenal sebagai hari kasih sayang. Namun, sejarah di balik perayaan ini memiliki cerita yang panjang dan beragam. Menurut informasi dari berbagai sumber, termasuk Britannica, Hari Valentine mulai dirayakan sebagai hari kasih sayang pada sekitar abad ke-14.
Sejarah ini berakar dari festival Romawi kuno yang dikenal dengan nama Lupercalia, yang dirayakan setiap tanggal 15 Februari. Festival ini tidak hanya menjadi ajang perayaan untuk menyambut datangnya musim semi dan kesuburan tetapi juga melibatkan berbagai ritual, termasuk pengorbanan hewan, pesta, dan proses pengacakan nama untuk pasangan. Para pria dan wanita akan memilih nama dari sebuah toples untuk dijadikan pasangan selama festival tersebut. Lupakan momen romantis, karena suasana festival ini cenderung meriah dan tidak terduga.
Namun, dengan semakin meluasnya agama Kristen, ritual pagan dari Lupercalia mulai digantikan. Dengan keputusan Paus Gelasius I pada akhir abad ke-5 Masehi, perayaan Lupercalia dilarang, dan terutama hari peringatan Santo Valentine dipromosikan sebagai hari suci. Meski demikian, kebenaran terkait perubahan ini masih menjadi misteri.
Mengenai Santo Valentine, sosok ini kerap diasosiasikan dengan hari kasih sayang, meskipun banyak yang menyebutkan bahwa ia adalah seorang penderita epilepsi, peternak lebah, dan lainnya. Namun, informasi yang jelas tentang siapa dirinya masih dipenuhi teka-teki. Berbagai legenda berkisar seputar pelayan Tuhan bernama Valentine atau Valentinus, yang menjadi martir pada tanggal 14 Februari di abad ke-3 Masehi.
Salah satu cerita yang paling dikenal mengisahkan bahwa Santo Valentine merupakan seorang pendeta dan dokter Romawi yang menolak untuk beralih ke agama pagan dan akhirnya dieksekusi oleh Kaisar Claudius II sekitar tahun 270 M. Dalam proses terakhirnya, ia dikabarkan berhasil menyembuhkan putri sipir penjara. Menariknya, kedekatan di antara keduanya membuat Valentine jatuh cinta dan mengirim surat terakhir yang ditandatangani “dari Valentine-mu”. Ada pula versi lain yang mengatakan ia dieksekusi karena diam-diam menikahkan prajurit yang dilarang melangsungkan pernikahan.
Selama berabad-abad, fakta mengenai Santo Valentine menjadi samar, dan pada tahun 1969, Gereja Katolik menghapus namanya dari Kalender Liturgi Umum, meskipun masih mengakui Valentine sebagai orang suci. Hari raya yang merujuk kepadanya kemudian menggantikan festival pagan Lupercalia yang semarak.
Hari Valentine memang bertumbuh dan berevolusi. Pada sebelum abad ke-14, perayaan ini lebih berfokus untuk menghormati santo Kristen. Penulis Inggris Geoffrey Chaucer dianggap sebagai orang yang pertama kali mengaitkan Hari Valentine dengan konsep romansa, yang membuka jalan bagi perayaan yang kita kenal sekarang. Di masa Abad Pertengahan, ketika cinta istana tengah merekah, puisi, lagu, dan karya seni romantis lainnya mulai marak muncul. Dalam puisinya “The Parliament of Fowls” yang ditulis sekitar tahun 1382, Chaucer membayangkan bahwa berbagai burung akan berpasangan pada Hari Valentine, menetapkan tradisi romansa di tengah masyarakat.
Sejak saat itu, Hari Valentine bertransformasi menjadi hari cinta romantis, dan perayaan ini terus berlangsung hingga kini. Namun, tak hanya cerita romantis, terdapat pula catatan kelam dalam sejarah perayaan ini. Salah satu yang paling terkenal adalah peristiwa Tragis Hari Valentine di Chicago pada 14 Februari 1929, di mana tujuh orang dibunuh dalam serangan geng yang didalangi Al Capone.
Dengan beragam latar belakang sejarah, Hari Valentine tetap menjadi salah satu perayaan yang penuh makna, baik bagi mereka yang mengagungkan cinta maupun bagi mereka yang mengenang pelajaran dari sejarah masa lalu.