Indonesia

Mengenal Pendekatan THR: 5 Jurus Jitu Hentikan Kebiasaan Merokok

Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa merokok adalah penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia. Dengan karakteristik kebiasaan merokok yang mengakar, dibutuhkan strategi handal untuk menurunkan risiko yang ditimbulkan oleh kebiasaan ini. Salah satu cara yang diusulkan adalah pendekatan Tobacco Harm Reduction (THR), yang bertujuan mengurangi risiko akibat merokok serta membantu perokok untuk berhenti.

Dalam Laporan "Lives Saved Report" yang diterbitkan oleh Global Health Consults, disebutkan bahwa penerapan THR dapat menyelamatkan hingga 4,6 juta nyawa perokok di Indonesia pada tahun 2060. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan, “THR ini fokus pada mengurangi dampak risiko dari merokok dan bisa menjadi alternatif untuk membantu perokok berhenti.” Pendekatan THR tidak hanya berupaya mengalihkan perokok ke produk tembakau yang lebih rendah risikonya, tetapi juga melakukan upaya komprehensif dalam pengurangan risiko melalui kebijakan, penelitian, serta perkembangan teknologi.

THR mencakup beberapa langkah strategis, antara lain:

  1. Penerapan Upaya Berhenti Merokok (UBM): Kemenkes terus mendorong implementasi UBM melalui praktik konseling di Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas). Mereka juga menyediakan hotline bagi perokok yang ingin berhenti.

  2. Kolaborasi dengan Penelitian: Penelitian tentang THR sangat diperlukan untuk memperkuat kebijakan. Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Ronny Lesmana, menekankan bahwa gerakan untuk menghentikan perokok telah dilakukan secara masif, namun belum cukup efektif.

  3. Evaluasi Produk Alternatif: Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa produk alternatif tembakau memiliki toksisitas lebih rendah dan mengurangi inflamasi paru-paru. Produk ini disesuaikan dengan standar internasional dan hasilnya menunjukkan efektivitas dalam mengurangi risiko dibandingkan dengan rokok konvensional.

  4. Kepentingan Riset Berbasis Data: Penelitian yang terfokus pada konteks lokal sangat penting. Mantan Direktur Riset Kebijakan World Health Organization (WHO), Tikki Pangestu, menegaskan perlunya dukungan terhadap penelitian THR yang lebih dalam untuk memahami dampak kesehatan dan ekonomi dari kebiasaan merokok.

  5. Kebijakan Berbasis Bukti: Penyusunan kebijakan yang berbasis bukti menjadi kunci dalam penanggulangan masalah perokok. Minimnya data mengenai THR saat ini mengakibatkan regulasi yang dihasilkan masih belum tepat sasaran.

Nadia menegaskan pentingnya mengedepankan penelitian dan riset yang mendukung THR, agar kebijakan yang dihasilkan dapat lebih efektif. Ia menyebutkan, “Kalau THR ini diterapkan, kualitas hidup dan angka harapan hidup masyarakat dapat meningkat.” Dengan mengutamakan metode berbasis riset, diharapkan pendekatan ini bisa lebih mendekatkan solusi untuk perokok di Indonesia.

Secara keseluruhan, THR memberikan harapan baru bagi penanggulangan masalah merokok yang kompleks. Kurangnya riset dan data spesifik di Indonesia menjadi tantangan tersendiri, namun dengan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, penurunan angka perokok dan peningkatan kualitas hidup masyarakat dapat dicapai. Pendekatan ini menawarkan solusi yang lebih terukur dan berpotensi menyelamatkan banyak nyawa dari bahaya merokok.

Siti Aisyah adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button