Jakarta, Podme.id – Dalam situasi global yang terus berubah, fenomena ‘mega shifting’ menjadi sorotan utama bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Perubahan struktural yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti geopolitik, geoekonomi, dan konflik bersenjata menuntut adanya adaptasi yang cepat dalam cara berbisnis. Oleh karena itu, perubahan ‘mindset’ dalam menghadapi situasi ini menjadi kunci untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ambisius.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Wihana Kirana Jaya, menekankan pentingnya penanaman modal asing langsung (FDI) sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto sebesar delapan persen membutuhkan dukungan dari berbagai institusi yang solid. Dalam hal ini, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara) diharapkan menjadi lembaga yang dapat memfasilitasi pengelolaan investasi secara lebih efektif.
Peluang yang dihadirkan oleh BP Danantara sangat besar, dengan potensi dana kelolaan mencapai US$600 miliar atau setara dengan Rp9.520 triliun. Badan ini dirancang untuk mengelola aset-aset besar dari tujuh BUMN, termasuk Bank Mandiri, BRI, dan PLN, yang dinilai mampu menjadi katalis utama bagi investasi langsung, baik domestik maupun asing. “Pembentukan BP Danantara sangat relevan dalam menghadapi fenomena mega shifting ekonomi global,” ungkap Wihana.
Berikut adalah beberapa poin terkait perubahan mindset yang diperlukan dalam menghadapi mega shifting:
-
Membangun Responsivitas: Mengantisipasi perubahan yang cepat dan beradaptasi dengan lingkungan baru adalah keharusan bagi organisasi dan individu. Ini termasuk pengembangan proses bisnis yang fleksibel untuk dapat merespons tantangan.
-
Optimalisasi Sumber Daya: Mengelola aset dan sumber daya negara dengan cara yang lebih efisien, termasuk melakukan pengelolaan aset melalui BP Danantara, adalah langkah strategis yang perlu diambil.
-
Peningkatan Investasi yang Berkelanjutan: Dengan dukungan lembaga seperti BP Danantara, diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi asing langsung yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi.
-
Kebijakan yang Kuat dan Terintegrasi: Kebijakan yang mendasar dan terintegrasi sangat penting. BP Danantara direncanakan akan berkolaborasi dengan Indonesia Investment Authority (INA) serta lembaga-lembaga keuangan pemerintah untuk mencapai tujuan bersama.
- Transparansi dan Akuntabilitas: Sebuah badan yang baru harus ada untuk menjamin bahwa aset negara tidak hanya dikelola tetapi juga menghasilkan keuntungan. Akuntabilitas dalam penggunaan anggaran harus selalu dijaga untuk menghindari pemborosan.
Surokim Abdusalam, Wakil Rektor III Universitas Trunojoyo Madura, juga menilai rencana pendirian BP Danantara sebagai langkah yang baik, dengan harapan seluruh aset negara dapat dikelola secara optimal. Ia menyatakan pentingnya agar badan ini dapat membuktikan keberhasilannya dalam mengelola aset negara.
“Jangan sampai kembali terjadi pemborosan anggaran. Badan ini harus memberikan hasil yang nyata," tegas Surokim. Dia juga mengingatkan bahwa hal ini tidak boleh menjadi konsesi politik yang hanya menghabiskan anggaran.
Saat ini, BP Danantara belum resmi diluncurkan karena pemerintah masih merencanakan payung hukum yang mendukung keberadaannya. Rencana ini sudah ditunda beberapa kali, salah satunya karena kebutuhan untuk menetapkan peraturan yang kokoh, agar lembaga ini dapat beroperasi secara efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam menghadapi tantangan era mega shifting, Indonesia mesti mengubah cara pandang dan strategi dalam berinvestasi. Dengan memanfaatkan potensi yang ada dan memfokuskan upaya untuk menarik investasi asing melalui badan-badan yang efektif, tidak ada yang mustahil untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.