Transformasi digital dalam industri perbankan semakin mendesak untuk diimplementasikan seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan nasabah yang terus berubah. Dalam konteks ini, peran distributed database (basis data terdistribusi) menjadi tidak tergantikan. Hal ini disampaikan oleh Country Head of PingCAP Indonesia, Arwinto P. Nugroho, yang menyatakan bahwa teknologi ini krusial dalam mengintegrasikan ekosistem sistem keuangan, bukan hanya untuk meningkatkan kenyamanan nasabah tetapi juga memperbaiki sistem internal bank.
"Connected finance memerlukan ekosistem dan teknologi yang dapat memfasilitasi integrasi ekosistem tersebut. Salah satu teknologi yang mendukung adalah distributed database," ungkap Arwinto. Adopsi distributed database memungkinkan perbankan untuk menggerakkan core processing, mendukung sistem periferal, serta dengan mudah mengelola sistem perbankan yang terhubung.
Keunggulan dari distributed database yang memberikan fleksibilitas tinggi adalah aspek yang tidak bisa diabaikan. Teknologi ini menawarkan solusi yang tangguh untuk mengelola volume data yang terus meningkat, yang sejalan dengan tren industri perbankan menuju ekosistem berbasis data yang lebih terhubung. Menurut Arwinto, distributed database dapat meningkatkan efisiensi operasional, bahkan mengurangi waktu batch processing hingga 58% dan mengatasi berbagai kendala performa serta kapasitas dalam pengolahan data.
Berikut beberapa keuntungan dari penggunaan distributed database dalam transformasi digital perbankan:
- Peningkatan Efisiensi Operasional: Dengan meminimalisir waktu yang diperlukan untuk memproses data, bank dapat beroperasi dengan lebih cepat dan lebih efektif.
- Mengurangi Total Biaya Kepemilikan: Teknologi ini mampu menurunkan biaya operasional lebih dari 30% melalui arsitektur backend yang lebih efisien.
- Mendukung Integrasi Data yang Lebih Baik: Kemampuan untuk mengintegrasikan rekening bank dengan layanan seperti e-wallet memberikan kemudahan akses bagi nasabah.
- Meningkatkan Pengalaman Nasabah: Transformasi yang lebih cepat dalam proses bisnis dan layanan dapat meningkatkan kepuasan nasabah.
- Memfasilitasi Pertumbuhan Bisnis: Dengan meningkatkan efisiensi, bank dapat merespons kebutuhan pasar dengan lebih baik, mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Namun, tantangan dalam migrasi ke distributed database tidak dapat diabaikan. Menurut data dari IDC Infobrief, sebanyak 44% CIO di Asia mengidentifikasi risiko migrasi sebagai hambatan utama dalam perjalanan transformasi digital. Beberapa tantangan spesifik yang harus diatasi oleh bank-bank di Indonesia meliputi:
- Kekurangan Tenaga Kerja Terampil (70%): Terdapat kekurangan sumber daya manusia yang memahami teknologi ini dengan baik.
- Infrastruktur Lama (63%): Beberapa bank masih tergantung pada sistem lama yang tidak kompatibel dengan teknologi baru.
- Risiko Operasional Selama Migrasi (47%): Proses migrasi dapat mengganggu layanan jika tidak dikelola dengan baik.
- Ketahanan Operasional (40%): Bank perlu memastikan bahwa operasional tetap berjalan lancar selama proses transisi.
- Resistensi dari Manajemen Tingkat Atas (23%): Implementasi teknologi baru sering kali menghadapi penolakan dari pihak manajemen yang enggan melakukan perubahan.
Dengan demikian, meskipun ada berbagai tantangan yang perlu dihadapi, inovasi teknologi seperti distributed database tetap menawarkan prospek positif untuk perbankan di Indonesia. "Dengan mengadopsi solusi data terdistribusi, bank-bank di Indonesia dapat membuka efisiensi baru, meningkatkan pengalaman nasabah, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dalam sistem yang semakin terhubung," tutup Arwinto. Transformasi ini dapat menjadi langkah penting menuju perbankan yang lebih modern dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.