
PERUM Bulog telah mengambil langkah strategis untuk memastikan penyerapan gabah petani dilakukan sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga di tengah panen raya dan mendukung kesejahteraan petani. Langkah tersebut disampaikan oleh Wakil Direktur Utama Bulog, Marga Taufiq, dalam kegiatan penyerapan gabah di Desa Sumber, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Jumat, 21 Maret lalu.
“Bulog memastikan membeli gabah dengan harga Rp6.500 per kg. Ini sesuai perintah Presiden bahwa petani harus tersenyum ketika dia panen,” ujar Marga. Kegiatan penyerapan gabah ini menjadi sangat penting mengingat Klaten merupakan salah satu sentra pangan nasional, dan Bulog menargetkan penyerapan total sebanyak 28 ribu ton hingga April 2025.
Kepastian harga gabah yang lebih baik diharapkan dapat mengatasi sejumlah kendala yang kerap dihadapi petani, seperti ketidakpastian harga serta akses pasar yang sulit. “Kenapa kita langsung masuk ke petani? Karena masih ada beberapa kendala yang dialami petani, yakni mereka tidak menikmati harga gabah. Oleh sebab itu, Bulog berusaha untuk hadir di tengah-tengah itu,” tambah Marga.
Dalam upaya mencapai target penyerapan yang optimal, Bulog bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dinas pertanian setempat, TNI-Polri, serta kelompok tani, untuk mempermudah akses para petani dalam penyerapan gabah. Bulog menargetkan serapan gabah dan beras hingga mencapai 300 ribu ton menjelang puncak musim panen raya yang diprediksi berlangsung pada April 2025.
Respon positif datang dari petani, seperti Kelik Purwanto (54 tahun) dari Desa Sumber. Ia menyambut baik keputusan pemerintah untuk menaikkan harga gabah sebesar Rp500 per kilogram, yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. “Kalau dulu, saat panen raya, petani bisa menangis karena harganya justru jatuh. Tapi sekarang petani bisa tersenyum. Harga yang baru ini cukup membantu kami,” ungkapnya.
Kelik menambahkan bahwa sebelumnya ia jarang menjual gabah ke Bulog karena terpaksa menggantungkan pada tengkulak yang menawarkan harga tak menentu, terutama saat panen. “Sekarang, dengan adanya pengawasan dari pemerintah sampai ke lapangan, kami merasa lebih aman menjual gabah ke Bulog,” jelasnya.
Pemerintah juga berupaya memutus rantai tengkulak yang sering merugikan petani. Juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Prita Laura, mengungkapkan bahwa keberadaan tengkulak merupakan salah satu penyebab kemiskinan di kalangan petani. Untuk itu, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp16,6 triliun kepada Bulog untuk membeli gabah langsung dari petani, hal ini diharapkan dapat mengurangi praktik yang merugikan tersebut.
Prita menegaskan pentingnya kualitas gabah dalam menentukan kualitas beras yang dihasilkan. Oleh karena itu, petani diimbau untuk tidak terburu-buru menjual produk mereka sebelum waktu panen yang tepat. Edukasi terhadap petani mengenai pentingnya menjaga kualitas gabah sangat diperlukan agar mereka mampu memaksimalkan keuntungan.
“Memberikan edukasi penting bagi para petani agar meningkatkan kualitas gabah yang akan dibeli oleh Bulog. Jangan terburu-buru menjual gabah sebelum waktunya,” tutup Prita.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan senyum petani dapat terjaga, dan kesejahteraan mereka semakin meningkat seiring dengan stabilitas harga gabah di pasaran. Sebuah upaya kolektif dari pemerintah dan Bulog ini diharapkan mampu menjawab tantangan yang dihadapi petani, serta membawa perubahan positif bagi sektor pertanian di Indonesia.