Para ilmuwan terus menerus melakukan pencarian yang mendalam untuk menemukan tanda-tanda kehidupan di luar Bumi. Meskipun hingga saat ini, Bumi masih menjadi satu-satunya planet yang diketahui mendukung kehidupan, misi eksplorasi ke berbagai lokasi di tata surya dan di luar itu menunjukkan bahwa ada harapan akan penemuan yang signifikan. Fokus pencarian ini tidak hanya terletak pada planet Mars, tetapi juga pada satelit es di tata surya, seperti Europa dan Enceladus, serta pada kehidupan mikroba yang mungkin ada di lingkungan ekstrem Bumi, seperti di dalam tubuh manusia.
Mars, yang selama ini menjadi sorotan utama pencarian kehidupan, terus diperiksa oleh penjelajah modern, seperti Perseverance dan Curiosity. Penelitian terkini menunjukkan adanya mineral dan senyawa yang mengisyaratkan bahwa planet Merah ini mungkin pernah memiliki kondisi yang bisa mendukung kehidupan. Walaupun saat ini tampaknya tidak lebih dari gurun mati, pemahaman tentang potensi keberadaan kehidupan di Mars terus berkembang.
Salah satu fokus utama saat ini adalah mencari lautan air yang tersembunyi di bawah lapisan es tebal Europa dan Enceladus, dua bulan alami yang mengorbit Jupiter dan Saturnus. Kedua satelit ini diperkirakan menyimpan molekul organik yang dapat menjadi bahan dasar bagi kehidupan. Jika ada organisme yang hidup di lautan tersebut, kemungkinan besar mereka adalah makhluk bersel tunggal yang mirip dengan yang ada di lautan Bumi, bukan bentuk kehidupan kompleks yang sering dibayangkan.
Terdapat lebih dari 5.500 planet yang telah terdeteksi mengorbit bintang selain Matahari, namun hanya sebagian kecil yang dianggap berpotensi layak huni. Pencarian itu sendiri menjelajahi ide-ide baru tentang kehidupan, terutama setelah penemuan organisme ekstremofil yang dapat bertahan dalam kondisi yang sangat keras di Bumi. Organisme ini telah ditemukan hidup dalam suhu ekstrem, tingkat keasaman tinggi, serta lingkungan dengan tekanan yang sangat tinggi.
Dalam konteks ini, penemuan bakteri Helicobacter pylori menjadi penting. Awalnya dianggap bahwa hanya kondisi tertentu yang bisa mendukung kehidupan, namun penemuan bakteria ini membuka pandangan baru. H. pylori mampu bertahan hidup di lambung manusia yang sangat asam dan gelap, menggunakan kemampuannya untuk menciptakan mikroklimat yang lebih ramah bagi dirinya. Penemuan ini tidak hanya mengubah pemahaman tentang kesehatan lambung, tetapi juga memperluas kemungkinan tentang bagaimana kehidupan dapat bertahan di berbagai kondisi ekstrem di planet lain.
Para ilmuwan mendapati bahwa ekstremofil Bumi dapat memberikan petunjuk tentang kehidupan di luar Bumi. Berikut adalah beberapa tempat dan kondisi yang memberikan peluang bagi keberadaan kehidupan:
- Europa: Satelit Jupiter ini memiliki lautan air cair di bawah es tebal, yang dapat mengandung bahan organik.
- Enceladus: Bulan Saturnus ini juga diperkirakan memiliki lautan di bawah permukanya, serta semburan air yang mengandung bahan organik ke luar angkasa.
- Mars: Sejumlah bukti menunjukkan bahwa Mars pernah memiliki air dan kondisi layak huni di masa lalu.
- Lingkungan ekstrim di Bumi: Mikroba yang hidup dalam suhu tinggi, salinitas ekstrem, dan bahkan dalam keasaman tinggi, menunjukkan bahwa kehidupan dapat eksis dalam kondisi yang mengubah pemahaman kita tentang kehidupan itu sendiri.
Sementara pencarian kehidupan di luar Bumi terus berlanjut, kesadaran akan potensi keberadaan makhluk hidup dalam bentuk yang sama sekali berbeda dengan yang kita kenal semakin menguat. Alih-alih makhluk berwarna hijau dan humanoid, gambaran kita mungkin lebih sesuai jika dihubungkan dengan mikroba yang dapat beradaptasi di lingkungan yang keras, seperti H. pylori. Temuan ini memberikan harapan baru bagi penemuan kehidupan di luar planet kita dan menegaskan bahwa, bahkan dalam keadaan yang paling tidak bersahabat, kehidupan memiliki cara untuk bertahan.
