
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, baru-baru ini melakukan kunjungan ke Istana Kepresidenan Jakarta untuk memberikan laporan terkini tentang perkembangan ekonomi, khususnya mengenai anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam laporan tersebut, Airlangga mengungkapkan bahwa IHSG mengalami penurunan tajam hingga mencapai -6,11 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama, Selasa (18/3/2025).
"Ya tentu perkembangan perekonomian akan dilaporkan ke bapak presiden," ungkap Airlangga dengan nada serius saat memberikan pernyataan di hadapan media. Penurunan IHSG yang signifikan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan pegiat pasar modal.
Airlangga memberikan analisis terkait penyebab anjloknya IHSG. Menurutnya, penurunan yang tajam ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pengumuman laporan keuangan perusahaan yang buruk serta pergerakan saham dari beberapa grup besar yang mengalami penurunan tajam. “Ketika ada saham-saham yang turun akibat mungkin laporan keuangannya atau informasinya keluar, ini ada satu grup lah yang turunnya cukup dalam,” lanjutnya.
Namun, Airlangga berusaha meredakan kepanikan dengan menegaskan bahwa secara fundamental, perekonomian Indonesia tetap kuat. Ia menganggap bahwa fluktuasi yang terjadi di pasar saham merupakan hal yang wajar dan sering terjadi di berbagai negara. "Kalau dari segi fundamental kuat, kalau penurunan ini kan di berbagai negara saham naik turun biasa," katanya.
Perdagangan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari itu dimulai buruk, dengan indeks langsung terkoreksi setelah pembukaan dan mencapai titik terendah di level 6.170. Penurunan yang tajam ini membuat BEI terpaksa menghentikan perdagangan sementara atau melakukan trading halt, untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Hal ini diatur dalam regulasi bahwa jika IHSG turun lebih dari 5 persen, maka semua aktivitas perdagangan saham harus dihentikan selama 30 menit.
Kondisi tersebut membuat banyak investor khawatir, terlebih ketika sentimen negatif diperparah oleh aksi jual besar-besaran oleh investor asing. Sepanjang tahun 2025, investor asing dilaporkan melakukan net sell senilai Rp24 triliun di pasar saham Indonesia. Kehilangan kepercayaan dari investor asing ini berperan besar dalam menambah tekanan penurunan IHSG.
Ada beberapa faktor utama yang mendasari pelemahan IHSG, antara lain:
- Sentimen Negatif Investor Asing: Aksi jual besar-besaran dari investor asing telah menciptakan ketidakstabilan di pasar.
- Kinerja Buruk Saham-Saham Besar: Beberapa saham kapitalisasi besar mengalami penurunan drastis, yang turut memicu sentimen negatif di pasar.
- Reaksi Pasar Terhadap Laporan Keuangan: Pengumuman kinerja keuangan buruk dari sejumlah perusahaan memberikan dampak negatif bagi saham mereka, mendorong penurunan indeks secara keseluruhan.
- Regulasi Trading Halt: Penerapan trading halt yang menyebabkan gangguan dalam perdagangan, membuat pasar menjadi lebih tidak stabil.
Airlangga juga menyinggung tentang peraturan yang diterapkan pada masa pandemi, yang memerlukan evaluasi ulang, agar regulasi ini bisa lebih mendukung pasar dalam situasi seperti ini. Ia berpendapat bahwa pengulangan situasi krisis di masa lalu perlu dihindari melalui pengelolaan regulasi yang lebih fleksibel.
Meskipun situasi saat ini mengkhawatirkan, Airlangga menuturkan bahwa pemulihan bisa terjadi dan pasar saham akan menemukan titik keseimbangannya kembali seiring dengan perbaikan fundamental ekonomi. "Mungkin sekarang, kemarin kita belum terlalu kena, baru berimbas satu dua hari ini," tutupnya, mengisyaratkan ada harapan untuk kebangkitan pasar setelah melalui masa sulit ini.