
Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie Setiadi, menegaskan bahwa anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 6,12 persen yang terjadi pada Selasa, 18 Maret 2025, tidak berkaitan dengan pembentukan Koperasi Desa Merah Putih. Pengetahuan perekonomian yang lebih dalam dibutuhkan untuk memahami dinamika IHSG, tetapi Budi menggarisbawahi bahwa tujuan dari koperasi ini ialah untuk meningkatkan perekonomian desa dan kesejahteraan masyarakat di kalangan rakyat bawah.
Berbicara di Jakarta pada Kamis, 20 Maret 2025, Budi mengungkapkan, “Saya tidak mau berkomentar soal IHSG karena itu ada yang mengurus. Namun, Koperasi Desa Merah Putih ini bertujuan untuk mendongkrak ekonomi rakyat, terutama di desa.” Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa Koperasi Desa Merah Putih berperan penting dalam memupuk pertumbuhan ekonomi lokal, meningkatkan daya beli masyarakat, dan mempercepat pembangunan di wilayah pedesaan.
Untuk mendukung operasional koperasi, Budi menyatakan bahwa dana akan digelontorkan oleh bank-bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara), dengan sistem yang dirancang untuk mencegah terjadinya kredit macet. “Bagaimana bisa macet kalau dibayar pakai APBN? Ini bukan ekonomi konsumtif, melainkan investasi sosial. Investasi ini berbentuk gerai, gudang, unit simpan pinjam, dan klinik desa,” ungkapnya.
Optimisme Menteri Koperasi dan UKM inilah yang mengisi ruang diskusi, merespons kekhawatiran masyarakat terkait potensi kredit macet di lembaga keuangan. Ia sekali lagi menekankan bahwa program koperasi ini justru diharapkan dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga mencapai 8 persen. “Koperasi ini justru mempercepat pembangunan desa. Kalau ekonomi desa bergerak, ekonomi nasional juga terdongkrak. Jadi, IHSG anjlok dan koperasi desa itu tidak ada hubungannya,” tegas Budi.
Dalam situasi yang dihadapi pasar modal, IHSG turun ke level 6.076, sebuah kondisi yang memicu berbagai reaksi dari analis dan pelaku pasar. Di satu sisi, Bank Indonesia menyatakan bahwa aset keuangan Indonesia masih menarik bagi investor asing, menandakan bahwa meskipun IHSG mengalami penurunan, faktor-faktor lain mendukung keberlanjutan investasi di Indonesia.
Kemunduran IHSG menjadi sorotan publik, apalagi ketika beberapa pihak mengaitkan dengan kebijakan pemerintah dalam mengembangkan koperasi. Namun, Budi Arie menolak dengan tegas anggapan bahwa koperasi desa menjadi faktor penyebab atau penyebab lanjutan anjloknya IHSG. Menurutnya, Koperasi Desa Merah Putih lebih banyak berfungsi sebagai jembatan untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh pelosok Indonesia.
Koperasi Desa Merah Putih memang dirancang untuk mendukung unit-unit ekonomi lokal dengan menyediakan akses pada sumber daya finansial yang berkelanjutan. Dalam hal ini, individu dan kelompok di desa dapat memanfaatkan fasilitas yang disediakan untuk memperkuat status ekonomi mereka, mengurangi ketergantungan pada sistem pinjaman yang eksploitatif, serta menjadi bagian dari model pembangunan yang lebih inklusif.
Budi berharap dengan peluncuran Koperasi Desa Merah Putih, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, bisa terlihat dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan, secara bersamaan, membantu menstabilkan keadaan ekonomi makro. Melalui koperasi, diharapkan desa-desa yang selama ini terpinggirkan dapat berkontribusi lebih dalam hal penyediaan lapangan kerja dan produksi yang bermanfaat.
Inisiatif ini menjadi salah satu langkah strategis pemerintah untuk memastikan perekonomian Indonesia tidak hanya tumbuh di pusat-pusat urban, tetapi juga menjangkau pelosok-pelosok desa yang sering kali terabaikan. Dengan dukungan penuh dari bank Himbara dan pengawasan ketat, harapannya Koperasi Desa Merah Putih dapat membawa dampak positif baik untuk masyarakat desa maupun perekonomian nasional secara keseluruhan.