Hiburan

Menteri Kebudayaan: Pemerintah Tegaskan Pentingnya Literasi Sejarah

Situs Manusia Purba Sangiran yang terletak di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah, merupakan saksi bisu dari sejarah panjang peradaban manusia di Indonesia. Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menekankan komitmen pemerintah untuk membangun literasi sejarah peradaban bangsa, terutama melalui pentingnya pemahaman tentang situs bersejarah ini. Dalam acara yang diselenggarakan pada Sabtu (8/2), Fadli Zon mengungkapkan bahwa kawasan ini menyimpan beragam temuan arkeologi yang tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga menegaskan posisi Indonesia dalam sejarah evolusi manusia.

Sangiran, yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada 5 Desember 1996, menyimpan lebih dari 50% temuan Homo erectus di dunia. Site ini terdiri dari lima klaster, yaitu Bukuran, Krikilan, Manyarejo, Ngebung, dan Dayu. Setiap klaster menyuguhkan narasi menarik tentang sejarah purba dan merupakan sarana edukasi bagi masyarakat.

Menteri Kebudayaan menjelaskan bahwa personalitas manusia purba yang ditemukan di Sangiran, seperti temuan Homo erectus yang dikenal sebagai Sangiran 17, memberikan gambaran signifikan mengenai evolusi manusia. "Berbagai temuan di kawasan ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam evolusi manusia, yang merupakan bagian kompleks dalam sejarah peradaban dunia," ujar Fadli Zon.

Berikut rincian tentang masing-masing klaster di kawasan Sangiran:

  1. Klaster Bukuran: Menjadi situs pertama yang ditemukan, menampilkan lebih dari 40 fosil Homo erectus. Klaster ini juga menyajikan narasi audiovisual yang menggambarkan kehidupan flora dan fauna purba.

  2. Klaster Krikilan: Dikenal sebagai titik penting di mana tengkorak Homo erectus paling lengkap di Asia ditemukan. Di sini, pengunjung dapat melihat diorama berbagai hewan purba yang pernah hidup di area tersebut.

  3. Museum Lapangan Manyarejo: Menunjukkan contoh kolaborasi antara ilmiah dan tradisi lokal. Museum ini memamerkan berbagai fragmen tulang dan menjelaskan penggalian yang dilakukan untuk menemukan jejak purba.

  4. Klaster Ngebung: Fokus pada artefak budaya serta fosil binatang dari periode Pleistosen. Ini menunjukkan budaya manusia purba di kawasan Sangiran.

  5. Museum Dayu: Menampilkan evolusi lingkungan dari rawa menjadi daratan dan menjelaskan berbagai formasi geologi yang ditemui di area tersebut.

Fadli Zon menekankan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari situs-situs ini bukan hanya menambah wawasan masyarakat, tetapi juga penting untuk menumbuhkan rasa cinta dan bangga akan warisan budaya Indonesia. “Menelusuri lorong waktu jejak peradaban di Sangiran sangat menarik. Melalui museum ini, kita bisa menggali banyak kisah berharga dari masa lalu,” ujarnya.

Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat literasi sejarah, dengan fokus pada pemahaman bahwa Indonesia merupakan salah satu pusat peradaban tertua di dunia. Inisiatif ini diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat, terutama generasi muda, terhadap sejarah bangsa dan kontribusi nenek moyang dalam perkembangan peradaban manusia.

Bukan hanya sekadar tempat tinggal manusia purba, Sangiran adalah laboratorium alam yang mengungkapkan berbagai aspek kehidupan prasejarah. Kementerian Kebudayaan terus berupaya mempromosikan dan mendidik masyarakat tentang pentingnya menjaga dan memahami warisan budaya ini agar dapat diapresiasi oleh generasi masa depan.

Kegiatan penggalian dan penelitian yang berlangsung di Sangiran mendukung upaya untuk menjadikan situs ini sebagai titik rujukan bagi mereka yang ingin mempelajari lebih dalam tentang sejarah peradaban manusia. Melalui upaya tersebut, diharapkan kesadaran sejarah akan terus tumbuh dan menguntungkan bangsa serta generasi mendatang.

Intan Permatasari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button