
Sebuah kejadian tak biasa terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) ketika seorang siswi menerima menu makan siang yang menuai kecaman dari publik. Dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), siswi tersebut mendapatkan sepotong daging mentah yang dinilai tidak layak untuk dikonsumsi. Kejadian ini terungkap melalui sebuah unggahan di media sosial oleh pengguna akun Facebook Muhammad Rizal Aydogan yang kemudian viral di laman X (sebelumnya Twitter).
Dalam unggahan tersebut, foto menunjukkan siswi yang nampak memegang kotak makan siang berisi daging mentah. Dengan caption “Dapat daging mentah. Uji coba makan siang gratis di NTT”, Muhammad Rizal Aydogan seakan memperlihatkan betapa tidak berharganya makanan yang seharusnya menjadi asupan bergizi bagi pelajar. Reaksi masyarakat pun tak lama kemudian terpecah, banyak yang memperdalam kesiapsiagaan terkait program ini dan mempermasalahkan kualitas makanan yang disediakan.
Pengguna media sosial segera memberikan komentar pedas terkait insiden tersebut. Salah satu komentar menyinggung putra Deddy Corbuzier, Azka, yang disebut-sebut sebagai figura yang akan “pasti memakan” daging mentah itu. Beberapa netizen mengungkapkan rasa heran dan tak percaya, bahkan mempertanyakan kualitas pengelolaan menu makan yang diterima oleh para siswa di NTT. Kritik juga datang dari netizen yang menyatakan, “Ini parah banget sih,” menunjukkan rasa ketidakpuasan mereka terhadap perhatian yang diberikan kepada anak-anak dalam program tersebut.
Dalam respons terhadap unggahan ini, berbagai komentar pun berdatangan dengan nada menyesalkan. Beberapa netizen mencetuskan pendapat tentang perlunya evaluasi yang lebih mendalam terhadap program MBG yang seharusnya memberikan makanan sehat dan bergizi. Selain itu, ada yang berkomentar mengenai meme yang selaras dengan situasi tersebut, “Kucing saja tidak mau makan itu kalau mentah.”
Berdasarkan data yang terkumpul, program Makan Bergizi Gratis yang diperkenalkan di NTT bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah dan memberi asupan yang baik kepada mereka. Namun, apa yang terjadi dalam kasus ini justru berlawanan dengan tujuan utama program tersebut. Daging mentah yang diterima oleh siswi bukanlah makanan yang direkomendasikan, terutama bagi anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan.
Statistik menunjukkan bahwa masalah gizi di NTT masih menjadi tantangan besar. Angka stunting atau kekurangan gizi kronis di wilayah ini cukup tinggi, sehingga setiap inisiatif yang bertujuan memperbaiki pola makan anak mesti dialokasikan dengan matang dan seksama. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terkait Program Makan Bergizi Gratis:
1. Kualitas makanan yang diberikan: Pastikan semua makanan yang disediakan untuk anak-anak sudah diperiksa dan diolah dengan baik agar aman untuk dikonsumsi.
2. Edukasi akan gizi: Pemahaman tentang pentingnya makanan bergizi harus diberikan kepada guru, orang tua, dan siswa agar mereka dapat memilih makanan yang tepat.
3. Pengawasan yang ketat dalam pengelolaan dana: Penyaluran dana untuk program ini perlu dipertanggungjawabkan dan dipantau agar alokasi anggarannya benar-benar digunakan untuk kepentingan anak.
Penting untuk menilai kembali efektivitas dari program makan siang gratis ini agar tidak terulang lagi kesalahan serupa. Publik menuntut tindakan konkret dari pemerintah dan pihak berwenang untuk memberikan jadwal audit yang ketat dan tinjauan menyeluruh terhadap kebijakan makan siang. Komentar dan respon masyarakat yang menyayangkan insiden ini menjadi sinyal bagi pemerintah untuk bergerak cepat demi kesehatan dan kesejahteraan generasi penerus bangsa.