
Penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Brighton and Sussex Medical School (BSMS) menyoroti adanya misinformasi mengenai produk tembakau alternatif yang beredar di kalangan perokok dewasa. Penelitian ini menunjukkan bahwa banyak perokok salah paham terhadap risiko yang terkait dengan rokok elektronik, yang seharusnya dapat menjadi alternatif yang lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional.
Menurut Profesor Madya Kesehatan Masyarakat di BSMS, Katherine East, pemahaman yang keliru tentang produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik dapat menghambat perokok untuk beralih dari kebiasaan merokoknya. Statistik menunjukkan bahwa 85 persen perokok dewasa di Inggris pada tahun 2024 beranggapan bahwa rokok elektronik sama atau bahkan lebih berbahaya daripada merokok. Angka ini meningkat signifikan dari 59 persen satu dekade sebelumnya. Hal ini jelas menunjukkan adanya kesalahan persepsi yang mendalam di masyarakat.
Katherine mengungkapkan, “Banyak informasi yang salah beredar bahwa rokok elektronik sama buruknya dengan merokok atau bahkan lebih buruk.” Ini adalah pernyataan yang menjadi perhatian utama para peneliti, karena dapat mempengaruhi keputusan kesehatan perokok. Meski rokok elektronik tidak sepenuhnya bebas risiko, studi menunjukkan bahwa mereka jauh lebih tidak berbahaya dibandingkan dengan rokok tradisional. Selain itu, bukti menunjukkan bahwa rokok elektronik dapat membantu orang berhenti merokok dengan lebih efektif.
Poin penting dalam kajian ini adalah bagaimana kesalahpahaman ini berpotensi menghambat upaya untuk mengurangi dampak kesehatan akibat merokok. Seharusnya, perokok yang berpotensi untuk berhenti malah terjebak dalam kebiasaan merokok yang merugikan. Ann McNeill, penulis dan profesor kecanduan tembakau dari King’s College London, menekankan bahwa meskipun rokok sangat berbahaya bagi kesehatan, mayoritas perokok dewasa tidak menyadari fakta bahwa rokok elektronik adalah pilihan rendah risiko yang bisa membantu mereka berhenti.
Melihat situasi ini, Jasmine Khouja, penulis senior dari program epidemiologi kanker integratif di Tobacco and Alcohol Research Group, menyerukan perlunya intervensi untuk mengatasi kesalahan persepsi tentang rokok elektronik di kalangan perokok. “Studi kami menunjukkan bahwa keyakinan ini dapat menghalangi sebagian orang untuk beralih dari merokok ke rokok elektronik sebagai alternatif yang rendah risiko,” tegasnya.
Dalam upaya memperbaiki keadaan ini, edukasi yang lebih luas dan mendalam sangat diperlukan. Pihak-pihak terkait perlu menyediakan informasi akurat mengenai perbandingan risiko antara rokok elektronik dan merokok. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan pemahaman perokok diantaranya:
1. Meningkatkan kampanye pendidikan tentang produk tembakau alternatif.
2. Menyediakan data yang jelas dan terpercaya mengenai risiko kesehatan.
3. Menggandeng komunitas medis dan organisasi kesehatan untuk menyebarluaskan informasi.
4. Menggunakan media sosial dan platform digital untuk menjangkau lebih banyak orang.
5. Mendorong diskusi terbuka mengenai produk tembakau dan pilihan yang lebih aman.
Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, diharapkan perokok dewasa dapat membuat keputusan yang lebih tepat terkait kesehatan mereka. Penting bagi mereka untuk memahami bahwa meskipun rokok elektronik bukan tanpa risiko, beralih ke produk tersebut dapat secara signifikan mengurangi risiko terkena penyakit akibat merokok. Pemahaman yang benar sangatlah krusial untuk melindungi kesehatan masyarakat dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi perokok.