Moreno Soeprapto: Ekspor Baterai EV Jadi Roda Penggerak Ekonomi

Moreno Soeprapto, seorang pembalap sekaligus anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), menyatakan bahwa pengembangan industri kendaraan listrik (EV) di Indonesia harus didasari oleh bukan hanya mengikuti tren global, tetapi juga memenuhi kebutuhan dalam negeri dan memperhitungkan potensi pasar di luar negeri. Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XII DPR, yang melibatkan direktur utama beberapa perusahaan penting, ia menyampaikan kekhawatirannya mengenai fokus yang terlalu sempit terhadap industri baterai EV.

“Saya melihat pengembangan energi di Indonesia saat ini terlalu fokus pada industri baterai EV saja. Padahal, kita perlu memastikan pasokan listrik di rumah dan sekolah di daerah-daerah juga tercukupi,” tegas Moreno. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun industri kendaraan listrik memiliki potensi besar, perhatian juga harus diberikan pada kebutuhan dasar masyarakat, terutama dalam penyediaan listrik, yang merupakan prasyarat untuk perkembangan teknologi yang lebih maju.

Moreno juga menekankan pentingnya untuk tidak hanya terpaku pada pengembangan mobil listrik. Ia mengingatkan bahwa teknologi lain, seperti teknologi hidrogen, sedang berkembang pesat di beberapa negara. “Jika kita hanya berfokus pada kendaraan listrik, sementara industri global sudah mengembangkan teknologi hidrogen, kita bisa ketinggalan,” ungkapnya. Peringatan ini mencerminkan pentingnya Indonesia untuk tetap berada di garis depan inovasi teknologi, tidak hanya sebagai pengikut tetapi sebagai pelopor.

Salah satu fokus utama Moreno adalah potensi ekspor baterai EV Indonesia ke pasar global. Ia percaya bahwa jika strategi yang tepat diterapkan, ekspor baterai bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Selain kebutuhan dalam negeri, pasar luar negeri yang masif dapat menjadi peluang emas untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri.

“Apabila strategi yang tepat diterapkan, ekspor baterai ke luar negeri dapat memberikan nilai tambah yang besar bagi Indonesia,” jelas Moreno. Dengan cadangan sumber daya yang melimpah, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu pemain utama dalam industri baterai global, terutama mengingat ketergantungan dunia terhadap mineral seperti nikel yang merupakan bahan baku utama untuk baterai.

Data terbaru menunjukkan bahwa kebutuhan baterai untuk kendaraan listrik dan penyimpanan energi semakin meningkat seiring dengan transisi global menuju energi terbarukan. Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia, memiliki posisi strategis untuk memanfaatkan teknologi pengolahan dan manufaktur baterai yang lebih maju, yang dapat mengurangi ketergantungan pada negara lain.

Para ahli ekonomi dan pengamat industri juga menyuarakan dukungan terhadap visi Moreno ini. Mereka meyakini bahwa industri baterai EV yang maju dapat membawa dampak positif, tidak hanya dalam konteks penciptaan lapangan kerja tetapi juga dalam pengembangan kemampuan teknologi lokal. Namun demikian, untuk mencapai semua itu, diperlukan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkompeten di bidang teknologi tinggi.

Kesimpulannya, inisiatif untuk mengembangkan industri baterai EV di Indonesia tidak dapat dipandang sepihak. Hal ini memerlukan pendekatan yang lebih menyeluruh dan terintegrasi, yang mencakup tidak hanya aspek produksi dan ekspor, tetapi juga pertimbangan keberlanjutan energi serta kebutuhan masyarakat Indonesia. Moreno Soeprapto dengan tegas mengarahkan perhatian kepada pentingnya strategi yang holistik guna menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai pemimpin dalam industri kendaraan listrik dan teknologi yang ramah lingkungan.

Berita Terkait

Back to top button