Pemimpin Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel akan mempertimbangkan untuk mengakhiri perang di Gaza jika pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, bersedia mengasingkan diri ke negara ketiga. Pernyataan tersebut disampaikan dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Washington pada 5 Februari 2025, menurut laporan dari media Axios.
Netanyahu menekankan bahwa pengasingan Haniyeh merupakan salah satu syarat dalam rencana perdamaian yang diusulkan oleh pihaknya. Dalam negosiasi tersebut, Netanyahu juga mendorong untuk memperpanjang gencatan senjata yang saat ini berlaku, guna memberikan kesempatan lebih banyak bagi pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Beberapa poin penting dari pernyataan Netanyahu dan pembicaraannya dengan Trump adalah:
Pengasingan Pemimpin Hamas: Netanyahu menegaskan bahwa langkah ini diperlukan untuk menciptakan stabilitas di Gaza dan memberikan jalan bagi perdamaian jangka panjang. Ia berharap Haniyeh dapat bersedia meninggalkan wilayah tersebut demi mengakhiri kekerasan.
Perpanjangan Gencatan Senjata: Netanyahu menunjukkan keinginannya untuk memperpanjang gencatan senjata tahap pertama yang telah diberlakukan sejak 19 Januari, yang bertujuan untuk membebaskan sandera Israel. Menurut sumber yang dekat dengan negosiasi, perpanjangan ini diharapkan dapat memfasilitasi pembebasan dua atau tiga warga Israel yang saat ini ditahan.
Tawaran dalam Negosiasi: Jika perpanjangan gencatan senjata disetujui, Netanyahu berencana untuk menawarkan pengurangan jumlah tahanan Palestina yang saat ini berada dalam penahanan Israel, yang mencakup tahanan senior dalam kelompok perlawanan.
- Bantuan Diplomatik: Kesepakatan gencatan senjata saat ini didukung oleh beberapa aktor internasional, termasuk Qatar, Mesir, dan AS. Mereka telah membentuk pusat koordinasi di Kairo untuk mendukung negosiasi ini.
Dalam situasi yang semakin kompleks ini, para pejabat AS menjelaskan bahwa sebagai imbalan dari tawaran pengasingan, Netanyahu akan meminta Hamas untuk membebaskan semua sandera yang tersisa, sebagai bagian dari langkah menuju pemulihan situasi yang lebih stabil di Gaza.
Gencatan senjata yang sedang berlangsung telah memberikan sedikit harapan di tengah krisis kemanusiaan yang terus berlangsung di wilayah tersebut, di mana lebih dari 6 persen dari populasi Gaza dilaporkan tewas atau terluka selama hampir setahun operasi militer Israel. Masyarakat internasional terus mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan mencari solusi damai yang berkelanjutan.
Sementara itu, Hamas juga telah mengumumkan bahwa mereka telah memulai negosiasi untuk gencatan senjata tahap kedua, membuka peluang untuk mendiskusikan langkah-langkah lebih lanjut menuju perdamaian.
Dalam konteks yang lebih luas, ketegangan antara Israel dan Hamas mencerminkan dinamika yang rumit dalam konflik Israel-Palestina, di mana compromi politik sering kali sulit dicapai akibat posisi yang saling bertentangan. Langkah-langkah yang diambil oleh Netanyahu dan respons dari Hamas diharapkan dapat memberikan petunjuk tentang arah masa depan hubungan antara kedua pihak dan potensi untuk mencapai perdamaian yang diidam-idamkan.