Netanyahu: Serangan Israel di Gaza Tewaskan 400 Orang, Ini Awal!

Serangan udara Israel ke Jalur Gaza kembali memanas pada Selasa, 18 Maret 2025. Data terbaru dari otoritas kesehatan Palestina melaporkan bahwa lebih dari 400 orang tewas akibat serangan tersebut. Serangan ini merupakan pelanggaran nyata terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah diberlakukan sejak Januari, yang seharusnya memberikan jeda bagi sekitar 2,3 juta warga Gaza yang berada dalam kondisi kritis.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menyatakan bahwa tindakan militer ini adalah bagian dari respons terhadap kelompok militan Palestina, Hamas. Dalam jawabannya terhadap situasi yang berkembang, Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan melanjutkan serangan dengan intensitas yang lebih besar. “Sejak saat ini, Israel akan bertindak melawan Hamas dengan kekuatan yang semakin meningkat,” katanya di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv. Dia juga mengklaim bahwa negosiasi tidak dapat berlangsung di bawah kondisi seperti ini.

Serangan yang diluncurkan oleh Israel menargetkan rumah-rumah dan kamp pengungsi di seluruh Jalur Gaza. Saksi mata melaporkan bahwa pesawat-pesawat tempur Israel menghujani rudal ke berbagai lokasi, sementara tank-tank Israel menembaki dari seberang perbatasan. Otoritas kesehatan Palestina menyebutkan serangan ini telah menyebabkan korban jiwa yang mencapai 408 orang, sebagian besar di antaranya merupakan anak-anak dan warga sipil.

Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Keberadaan sejumlah besar pengungsi yang meninggalkan rumah mereka di Beit Hanoun dan Khan Younis menjadi gambaran nyata dari dampak serangan terbaru ini. Banyak warga yang mengungsi dengan membawa barang-barang penting, baik dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan. Seruan untuk mengungsi masuk setelah Israel mengidentifikasi area-area tertentu sebagai “zona pertempuran berbahaya.”

Reaksi internasional terhadap konflik ini juga menunjukkan keprihatinan yang mendalam. Mesir dan Qatar, sebagai mediator yang berusaha menengahi gencatan senjata, telah mengecam serangan Israel. Uni Eropa juga mengekspresikan penyesalan atas gagal gencatan senjata yang menggantungkan harapan akan perdamaian di kawasa tersebut. Hal ini menambah semakin mendalamnya krisis kemanusiaan, terutama dengan hentinya pengiriman bantuan ke Gaza selama lebih dari dua minggu.

Sementara itu, situasi di rumah sakit di Gaza semakin kritis. Staf medis melaporkan bahwa fasilitas kesehatan kewalahan menerima jumlah korban yang terus meningkat. Pusat-pusat medis dipenuhi dengan pasien luka-luka, dan tumpukan mayat dalam lembaran plastik putih menjadi pemandangan yang mengerikan. Di antara pejabat-pejabat Hamas yang dilaporkan tewas dalam serangan tersebut adalah Essam Addalees, kepala pemerintahan Hamas, dan pejabat lainnya.

Di sisi lain, upaya untuk meraih kesepakatan gencatan senjata yang baru juga terus berlanjut. Tim negosiasi dari Israel dan Hamas dikabarkan sedang berada di Doha, di tengah usaha mediator untuk menjembatani kesenjangan antara kedua belah pihak. Meskipun kesepakatan awal sempat membuahkan hasil dengan pembebasan sejumlah sandera oleh Hamas, situasi terkini menunjukkan bahwa banyak tantangan yang harus dihadapi.

Hamdalah yang terjebak dalam konflik ini semakin kompleks dengan penolakan Hamas untuk mengancam pembalasan meskipun situasi semakin mengkhawatirkan. Juru bicara Hamas, Abdel-Latif Al-Qanoua, mengungkapkan keterbukaan untuk berdialog dengan mediator, menandakan harapan untuk menyelesaikan implementasi kesepakatan yang sudah ada.

Dengan situasi yang semakin tegang dan kompleks, jalur menuju perdamaian di Gaza seolah semakin sulit dijangkau. Keberlanjutan konflik ini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya jumlah korban dan dampak lebih luas bagi warga sipil yang terjebak dalam pertempuran. Keterlibatan komunitas internasional diharapkan dapat memainkan peran dalam mencari solusi demi mengakhiri penderitaan rakyat Gaza.

Berita Terkait

Back to top button