Netizen Malaysia Tanggapi Kasus Korupsi Pertamina: Come On!

Kasus korupsi yang melibatkan PT Pertamina menjadi topik hangat di media sosial, bahkan menarik perhatian netizen Malaysia. Melalui platform X, akun @baaliq_ mencuatkan isu ini dengan mengunggah “Liga Korupsi Indonesia”, sebuah gambaran konyol tentang besarnya kasus korupsi di Indonesia. Dalam screenshot yang ditampilkan, terlihat bahwa Pertamina berada di urutan teratas dengan total kerugian mencapai Rp 900 triliun sejak tahun 1947 hingga 2025. Data ini menunjukkan betapa seriusnya masalah ini, terutama ketika dibandingkan dengan kasus lain seperti dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yang hanya merugikan negara Rp 8 triliun.

Reaksi dari netizen Malaysia pun beragam dan semakin memicu kehebohan. Salah satu komentar yang viral berasal dari akun @Marchfoward yang mengungkapkan, “Mak aih Indonesia siap ada Liga Korupsi udah seperti tim bola dah.” Perbandingan ini menyoroti bagaimana korupsi dianggap seolah sudah menjadi bagian dari kehidupan bangsa, mirip dengan keramaian kompetisi olahraga.

Tidak hanya berhenti di situ, cuitan tersebut mendapat sambutan dari publik Indonesia. Banyak yang merasa malu karena kasus ini, hingga ada yang berucap, “Malunya aku sebagai orang Indonesia, yang korupsi Pertamina tu per tahun Rp 193 triliun.” Ungkapan rasa malu ini mencerminkan keprihatinan yang mendalam mengenai reputasi bangsa di mata internasional.

Ketika sesama netizen di Indonesia merespons, banyak yang menyampaikan rasa terima kasih kepada netizen Malaysia atas publikasi informasi ini, mengharapkan dampak kritik eksternal bisa mendorong pemerintah untuk lebih responsif terhadap tuntutan rakyat. “Pemerintah negara sini emang mesti dipermaluin sama negara lain, soalnya didemo sama rakyat sendiripun masih pada budeg,” ungkap salah satu komentar yang mencerminkan frustrasi banyak orang.

Sikap sinis pun muncul dari beberapa netizen lainnya yang menanggapi, “Come on Malaysian saatnya hina-hina Indon,” menunjukkan bagaimana kondisi ini bukan hanya mendorong rasa malu tetapi juga saling berkomentar dalam suasana kompetitif di antara negara-negara jiran. Ada pula yang mengaku lebih merasa bangga beridentitas lain daripada mengakui sebagai warga negara Indonesia gara-gara kasus tersebut. “Saking malunya gue, akhir-akhir ini tiap main PUBG, PUBGM sama Valo, tiap on mic ngaku Malaysia,” tulis netizen yang mencoba melindungi identitasnya.

Fenomena ini menciptakan sebuah lanskap sosial yang menarik untuk dianalisis. Korupsi menjadi bukan hanya isu lokal tetapi juga menarik perhatian luar negeri, yang berdampak pada cara pandang rakyat terhadap pemerintah dan kebijakan yang ada. Kasus ini berlanjut dengan terang-terangan membicarakan korupsi sebagai masalah yang tidak hanya memengaruhi ekonomi, tetapi juga integritas dan identitas bangsa di tingkat global.

Keterlibatan netizen Malaysia dalam membahas korupsi yang terjadi di Indonesia menandakan adanya kepedulian dari tetangga, serta perhatian besar terhadap transparansi dan akuntabilitas di pemerintahan. Mungkin, resonansi ini bisa menjadi pengingat bagi pemerintah Indonesia agar lebih serius menangani isu-isu besar yang menjangkiti bangsa, sebelum kepercayaan rakyat sepenuhnya hilang. Dalam perkembangan selanjutnya, kita patut menunggu aksi nyata dari pemerintah untuk merumuskan langkah-langkah strategis guna memberantas korupsi yang memalukan ini.

Exit mobile version