Bisnis

OPINI: Pesona dan Dampak Nyanyian Riang Paylater di Masyarakat

Keberadaan layanan pembayaran cicilan, atau yang sering dikenal dengan istilah paylater, semakin marak di kalangan masyarakat Indonesia. Fenomena ini diperkuat dengan perkembangan teknologi dan penetrasi internet yang terus meningkat. Namun, dampak dari penggunaan paylater tidak selalu positif. Sebuah penggambaran tentang fenomena ini dapat dilihat dari perbandingan dua karakter dalam film, Kaluna dan Tika, yang menyajikan sudut pandang berbeda terkait pengelolaan keuangan pribadi.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah rumah tangga di Indonesia yang mengakses internet mencapai 87% pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya yang sebesar 86%. Laporan We Are Social menegaskan bahwa masyarakat Indonesia menduduki urutan ke-14 dalam hal penggunaan internet untuk berbelanja, dengan persentase 56%. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam perilaku konsumsi yang dipicu oleh kemudahan akses dan kecepatan layanan.

Berkaca pada film "Paylater", karakter Tika menjadi representasi masyarakat yang terjebak dalam siklus utang akibat manajemen keuangan yang buruk. Walaupun tampak menarik untuk berbelanja tanpa harus segera membayar, penggunaan paylater dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan. Dalam cerita, Tika tidak hanya mengandalkan gaji, tetapi juga memanfaatkan fasilitas paylater tanpa mempertimbangkan risiko. Akibatnya, Tika mengalami kesulitan ketika penagih utang datang ke rumah dan kantornya.

Berikut beberapa fakta terkait penggunaan paylater di Indonesia yang patut dicermati:

  1. Tren Penggunaan Paylater: Menurut laporan Kredivo dan KataData, sekitar 70,5% konsumen menggunakan paylater saat berbelanja online. Layanan ini dirasa praktis dan mudah diakses oleh generasi muda yang akrab dengan teknologi.

  2. Peningkatan Pembiayaan: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan pembiayaan paylater sebesar 61,90% pada November 2024, mencapai Rp8,59 triliun. Hal ini menjadi salah satu indikator tingginya minat masyarakat terhadap layanan ini.

  3. Dampak Ekonomi: Dengan ketidakpastian ekonomi dan kenaikan harga kebutuhan pokok, penggunaan paylater sering kali menjadi alternatif untuk mengatasi kekurangan dana. Namun, ini berpotensi membawa dampak negatif bagi konsumen yang menggunakan layanan ini untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.

  4. Pentingnya Literasi Keuangan: Peningkatan literasi keuangan menjadi kunci utama agar masyarakat dapat memanfaatkan paylater secara bijak. Kesadaran akan risiko dan tanggung jawab dalam berutang harus ditanamkan sejak dini.

  5. Tanggung Jawab Lembaga Jasa Keuangan: Lembaga Jasa Keuangan (LJK) diharapkan tidak hanya fokus pada penyaluran pembiayaan, tetapi juga menerapkan manajemen risiko yang ketat untuk menjaga keberlanjutan usaha konsumen.

Agar paylater dapat berkontribusi positif dalam perekonomian, literasi keuangan di kalangan masyarakat perlu ditingkatkan. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan memasukkan literasi keuangan ke dalam kurikulum pendidikan dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi. Melalui pendidikan yang baik, generasi muda akan lebih siap untuk menghadapi tantangan finansial di masa depan.

Regulasi yang lebih ketat juga diperlukan. Regulator diharapkan dapat merancang payung hukum yang khusus mengatur penggunaan layanan paylater, yang mencakup pengawasan dan perlindungan bagi konsumen. Dengan demikian, meskipun paylater menawarkan kemudahan, masyarakat diharapkan untuk tetap bijak dalam menggunakan fasilitas tersebut dan menyadari konsekuensi dari keputusan finansial yang mereka ambil.

Dengan berbagai pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan paylater untuk memenuhi kebutuhan tanpa terjebak dalam lingkaran utang yang berbahaya, sehingga mampu meraih masa depan yang lebih cerah dan sejahtera.

Rina Lestari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button