Dunia

Pakar Ungkap: Teknologi Anti Tabrakan American Airlines Nonaktif!

Pilot pesawat American Airlines yang terlibat dalam insiden tabrakan dengan helikopter militer Black Hawk di dekat Bandara Nasional Reagan menghadapi kemungkinan bahwa mereka tidak melihat helikopter tersebut saat mendekat. Hal ini diungkapkan oleh pakar penerbangan yang menilai bahwa keberadaan teknologi anti tabrakan yang seharusnya mendukung keselamatan penerbangan mungkin tidak berfungsi secara optimal saat kejadian tersebut.

Alan Armstrong, seorang pengacara penerbangan, menjelaskan bahwa sistem penghindaran tabrakan yang dikenal dengan nama Traffic Collision Avoidance System (TCAS) dirancang untuk berfungsi dengan efektif pada ketinggian lebih dari 1.000 hingga 1.500 kaki. Namun, pada ketinggian rendah, seperti yang terjadi dalam insiden ini, teknologi tersebut menjadi kurang efektif. Fungsi utama sistem penghindaran tabrakan dinonaktifkan pada ketinggian rendah untuk mencegah pilot mengambil tindakan yang dapat mengarah pada manuver berbahaya di dekat tanah.

“Pada ketinggian yang lebih rendah di mana tabrakan terjadi, aktivitas sistem penghindaran tabrakan cenderung tidak aktif. Ini mengakibatkan pilot mungkin tidak sngetshed untuk mengambil tindakan menghindar,” ujar Armstrong. Ia juga menambahkan, saat terbang di malam hari, penglihatan pilot berkurang hingga 90%, sehingga mempertinggi risiko tidak menyadari keberadaan objek lain.

Kecelakaan yang melibatkan pesawat American Airlines tersebut terjadi saat pesawat dalam perjalanan dari Kansas dan membawa 60 penumpang serta empat awak. Sementara itu, helikopter Black Hawk sendiri tengah melakukan penerbangan latihan dengan membawa tiga personel militer. Setelah tabrakan, pesawat penumpang jatuh ke Sungai Potomac, menambah daftar kasus kecelakaan udara yang memicu kekhawatiran akan sistem keselamatan yang ada.

Berdasarkan data awal, pakar penerbangan menjelaskan beberapa faktor utama yang mungkin berkontribusi terhadap insiden ini:

  1. Keterbatasan Penglihatan Malam Hari: Kondisi penerbangan malam dapat mengurangi kemampuan pilot untuk melihat objek lain secara jelas.

  2. Nonaktifnya Sistem TCAS: Pada ketinggian rendah, fungsi dari sistem penghindaran tabrakan menjadi terbatas, sehingga mengurangi kemampuan pilot untuk mendeteksi objek lain di sekitar.

  3. Potensi Kelemahan Pelatihan: Kecelakaan ini juga membuka kembali diskusi mengenai pelatihan pilot dalam menghadapi kondisi darurat, terutama pada penerbangan malam dan di area padat.

  4. Tantangan Lingkungan Penerbangan: Bandara yang padat seperti Bandara Nasional Reagan dapat menambah tingkat kesulitan dalam menghindari tabrakan.

Kejadian ini menjadi perhatian publik dan pihak berwenang di penerbangan, mengingat pentingnya keamanan dalam industri penerbangan. Sementara itu, beberapa pihak menyuarakan kebutuhan untuk mengevaluasi dan memperbarui protokol keselamatan yang ada, terutama yang terkait dengan penggunaan teknologi dalam mencegah tabrakan di udara.

Arnold juga menyoroti kebutuhan akan pemahaman lebih lanjut mengenai keamanan penerbangan, termasuk bagaimana teknologi bisa berfungsi lebih baik dalam situasi darurat. "Kita perlu meneliti bagaimana sistem ini dapat dioptimalkan untuk situasi ketinggian rendah, di mana risiko tabrakan lebih tinggi," tuturnya.

Mystery dan kesedihan menyelimuti dunia penerbangan setelah insiden ini. Dengan jatuhnya pesawat ke Sungai Potomac, fokus kini beralih kepada penyelidikan mendalam terkait faktor-faktor penyebab tabrakan, serta langkah-langkah untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan. Melalui kejadian ini, diharapkan dapat terwujud peningkatan dalam prosedur keselamatan dan teknologi yang digunakan dalam penerbangan, demi melindungi nyawa penumpang dan awak pesawat.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button